MAKALAH
PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI INDONESIA
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Perekonomian
Indonesia
Dosen Pengampu:
Mashudi, S.HI.,
M.EI.
\
Disusun oleh:
Elina Fatmawati (150721100
Alfu Hikmah (150721100
Zakiyatur Rahmah (150721100126)
PROGRAM
STUDI EKONOMI SYARIAH (A)
FAKULTAS
KEISLAMAN
UNIVERSITAS
TRUNOJOYO MADURA
Tahun Pelajaran 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pertumbuhan
dan Perubahan Stuktur Ekonomi Indonesia” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu
tugas yang wajib ditempuh untuk melengkapi salah satu materi dalam mata kuliah Perekonomian
Indonesia.
Makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan
dan ilmu tambahan bagi para pembaca khususnya dalam bidang ekonomi.
Dengan selesainya makalah ini tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada
kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Mashudi S,HI.M,EI selaku Dosen mata kuliah Perekonomian
Indonesia dan terima kasih kepada teman – teman yang membantu penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya,
mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Bangkalan,
15 September 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Faktor Penentu Pertumbuhan Eknonomi
Indonesia........................................ 3
2.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para ekonomi dan politisi dari semua
negara, baik negara-negara kaya maupun miskin, yang menganut sistem kapitalis,
sosialis maupun campuran, semuanya sangat mendambakan dan menomorsatukan
pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pada setiap akhir tahun, masing-masing
negara selalu mengumpulkan data-data statistiknya yang berkenaan dengan tingkat
pertumbuhan GNP relatifnya, dan dengan penuh harap mereka menantikan munculnya
angka-angka pertumbuhan yang membesarkan hati. “Pengejaran pertumbuhan”
merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa
ini.
Seperti kita telah ketahui,
berhasil-tidaknya program-program pembangunan di negara-negara dunia ketiga
sering dinilai berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat pertumbuhan output dan
pendapatan nasional.
Mengingat
konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur penilaian pertumbuhan ekonomi
nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak
boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan
output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi
biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat
indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi
ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan
ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan
teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan
berorganisasi dan manajemen.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa saja faktor penentu prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
b.
Bagaimana perubahan struktur ekonomi Indonesia dari yang tertutup menjadi
yang terbuka?
1.3 Tujuan Masalah
a.
Untuk mengetahui faktor penentu prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
b.
Untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi Indonesia dari yang tertutup
menjadi yang terbuka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Distribusi
Produk Domestik Bruto (PDB) menurut sector atas dasar harga berlaku menunjukan
peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun dan tiga sector
utama yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan mempunyai
peranan sebesar 55,9 persen pada tahun 2006.[1]
Pada awalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak
dipengaruhi bidang pertanian dan perkebunan. Setelah berlalunya waktu sektor
industri mendominasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berikut adalah pertumbuhan
Ekonomi Indonesia yang dilihat dari tingkat PDB mulai tahun 2009-2015:
Pertumbuhan PDB Indonesia per Kuartal 2009–2015 (perubahan %
tahunan):
Tahun
|
Quarter I
|
Quarter II
|
Quarter III
|
Quarter IV
|
2015
|
4.72
|
4.67
|
4.74
|
5.04
|
2014
|
5.14
|
5.03
|
4.92
|
5.01
|
2013
|
6.03
|
5.81
|
5.62
|
5.72
|
2012
|
6.29
|
6.36
|
6.17
|
6.11
|
2011
|
6.45
|
6.52
|
6.49
|
6.50
|
2010
|
5.99
|
6.29
|
5.81
|
6.81
|
2009
|
4.60
|
4.37
|
4.31
|
4.58
|
Sumber: BPS
Turun-naiknya perekonomian nasional dapat dilihat dari
data statistik yang dipublikasikan setiap bulan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS). Pada bulan Desember 2008, BPS mempublikasikan berita resmi statistik
yang mencakup inflasii, ekspor impor, tenaga kerja, pariwisata, dan lain-lain.[2]
Produk
Domestik Regional Indonesia (2010-2012)
1.
Barang Modal
Agar
ekonomi dapar bertumbuh, stok barang modal harus ditambah dengan cara investasi.
Untuk meningkatkan investasi dengan cara menangani faktor-faktor yang
mempengaruhi investasi. Salah satu contohnya adalah tingkat Pengembakian yang
diharapkan karena, kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang
diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal masyarakat.
2.
Tenaga Kerja
Sampai saat ini, khususnya di negara sedang berkembang
(NSB), tenaga kerja (TK) masih merupakan faktor produksi yang domain.Penambahan
tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output. Untuk
meningkatkan output secara efisien, pilihan yang rasional adalah teknologi
padat modal.
3.
Teknologi
Penggunaan teknologi yang makin tinggi sangat memacu
pertumbuhan ekonomi, jika hanya dilihat dari peningkatan output.Memang sulit
mengatasi mengatasi dualisme dampak tekonologi.Babarapa ekonom telah mencoba
mencari jalan bukan untuk mengatasi, melainkan untuk mengurangi keterpisahan
antara kesempatan kerja dan tekonologi.Salah satu konsep yang diajukan adalah
penggunakaam teknologi madia atau tepat guna di NSB.Dengan penggunaan
teknologi, manusia dapat memanfaatkan secara optimalapa yang ada dalam diri dan
lingkungannya. Bahkan kelebihan penggunaan
teknologi tepat guna adalah ditekannya pemborosan penggunaan SDA atau energi
dalam proses produksi.
4.
Uang
Dalam
perekonomian modern, uang memegang peran dan fungsi sentral. Uang akan sangat
memberi konstribusi bagi pertumbuhan ekonomi, selama penggunaanya sangat
efisien. Tingakat efisiensi peenggunaan uang juga sangat ditentukan oleh
tingkat efisiensi sistem perbankan.Bardasarkan pemikiran inilah pemerintah
Indonesia sejak 1983 membenasi sistem keuangan dengan memberikan sumbangan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebab dengan pembenahan tersebut proses alokasi
sumber daya keuangan sudah lebih baik dan efisien dibanding periode sebelum
tahun 1983.
5.
Manajemen
Manajemen adalah peralatan yang sangat dibutuhkan untuk
mengelola perekonomian modern, terutama bagi perekonomian yang mengandalkan
mekanisme pasar.Sistem manajemen yang baik, terkadag jauh lebih berguna dibanding
barang modal yang banyak, uang yang berlimpah dan teknologi tinggi.[3]
6.
Kredit Perbankan
Perbankan sebagai salah satu fungsi intermediasi,
berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi karena dengan adanya kredit
bank maka akan membantu pada dana pembangunan dan dunia usaha.
Berdasarkan data bank Indonesia (2005), nilai kredit yang
diberikan bank umum sejak tahun 200 hingga tahun 2004 mengalami peningkatkan
setiap tahun. Nilai kredik yang diberikan bank umum pada tahun 2000 sebesar Rp.
861.905 miliar dan meningkat setiap tahun menjadi Rp. 1.794.190 miliar pada
tahun 2004.[4]
Perkembangan
Jumlah Kredit di Indonesia, Tahun 1985-2007
Sumber BPS
7.
Kewirausahaan
(Enterpreneurship)
Para pengusaha mempunyai perkiraan yang matang bahwa
input yang dikombinasikannya akan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan
masyarakat, atau menjadi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, atau
menjadi barang dan jasa, yang akan dibutuhkan masyarakat. Kemampuan
mengkombinasikan input ini dapat disebut sebagai kemampuan inovasi. Sejarah
perkembangan perekonomian yang telah maju, juga membuktikan betapa besarnya
peranan para wirausahawan dalam memajukan perekonomian.
7.
Informasi
Syarat
agar pasar berfungsi sebagai alat alokasi daya ekonomi yang efisien adalah
adanya informasi yang sempurna dan seimbang (perfect and simetric
information).Kegagalan pasar merupakan akibat tidak terpenuhinya asumsi
ini.
8.
Ekspor dan Impor
Ekspor dan impor merupakan faktor penting dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor impor akan memperbesarkan
kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan
akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang
pontensial untuk berbagi produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut,
maka negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan
perekonomian nasionalnya.[5]
Nilai ekspor Indonesia Oktober 2008 mencapai US 10,81
miliar atau mengalami penurunan sebesar 11,61 % dibanding ekspor September
2008. Akan tetapi, apabila dibandingkan ekspor Oktober 2007, terjadi
peningkatan sebesar 4,92 %. Data tersebut menunjukkan bahwa ekspor kita
meningkat dari tahun 2007 sebesar 26,92 %.[6]
Perkembangan
Ekspor Impor Indonesia 2011-2012
Dalam faktor penentu prospek pertumbuhan ekonomi ada tiga
sektor yang paling berpengaruh yakni:
a.
Pertanian
b.
Industri
c.
Jasa
Berikut adalah data pertumbuhan
ekonomi dilihat sari tiga sektor tersebut:
Pertumbuhan
Ekonomi berdasarkan Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa
Sumber: Bank Dunia dan CIA World
Factbook
2.2
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Produk domestik bruto
(PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai pasar semua barang dan
jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan
salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.
a)
Analisis Deskriptif
Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai
komposisi peranan masing-masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan
usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier.
Gambaran kondisi struktur ekonomi Indonesia dapat dilihat melalui kontribusi
setiap sektor ekonomi terhadap pembentukan PDB. Struktur ekonomi dikatakan
berubah apabila kontribusi/pangsa PDB dari sektor ekonomi yang mulanya dominan
digantikan oleh sektor ekonomi lain.
Dalam analisis deskriptif ini, kita akan
melihat bagaimana kondisi struktur ekonomi Indonesia dari tahun 2003 sampai
2010. Untuk memudahkan analisis, sektor-sektor dalam perekonomian akan
dikelompokan menjadi 3 sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor
primer merupakan gabungan dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder merupakan
gabungan dari sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air dan
sektor konstruksi. Sedangkan sektor tersier merupakan gabungan dari sektor
perdagangan, hotel, restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
keuangan, real estate dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Tabel
distribusi PDB atas Harga Berlaku menurut Sektor, 2003-2010 (%)
Sektor
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
Triwulan II
2010
|
Primer
|
23,5
|
23,2
|
24,2
|
23,5
|
26,7
|
Pertanian,peternakan,
kehutanan dan perikanan
|
15,2
|
14,3
|
13,1
|
12,9
|
15,3
|
Pertambangan
dan penggalian
|
8,3
|
8,9
|
11,1
|
10,6
|
11,4
|
Sekunder
|
35,5
|
35,7
|
35,7
|
36,4
|
36,4
|
Industri
pengolahan
|
28,3
|
28,1
|
27,7
|
28,0
|
26,4
|
Listrik, gas
dan air
|
1,0
|
1,0
|
1,0
|
0,9
|
0,1
|
Konstruksi
|
6,2
|
6,6
|
7,0
|
7,5
|
9,9
|
Tersier
|
41,0
|
41,1
|
40,1
|
40,1
|
36,9
|
Transportasi
dan komunikasi
|
16,6
|
16,1
|
15,4
|
14,9
|
13,4
|
Perdagangan,
hotel dan restoran
|
5,9
|
6,2
|
6,5
|
6,9
|
6,3
|
Keuangan,
penyewaan dan jasa-jasa bisnis
|
8,6
|
8,5
|
8,3
|
8,1
|
7,0
|
Jasa lainnya
|
9,9
|
10,3
|
9,9
|
10,1
|
10,2
|
PDB
|
100,0
|
100,0
|
100,0
|
100,0
|
100,0
|
Perubahan struktur ekonomi tersebut yang memperlemah posisi relatif
dari sektor pertanian dan sektor pertambangan didalam perekonomian nasional
disebabkan oleh laju pertumbuhan output rata-rata per tahun dikedua
sektor tersebut relatif lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output
rata-rata pertahun disektor-sektor sekunder, terutama industri manufaktur dan sektor-sektor tersier,perubahan ini boleh
dianggap sebagai salah satu konsekuensi dari proses pembangunan ekonomi jangka
panjang. Persentase pertumbuhan output pertanian menurun terus selama
kurun waktu tersebut. Tahun 2006 hanya sekitar 2,4 %. Namun demikian ,
dibandingkan sektor-sektor lain,pertanian dan listrik, gas dan air minum
merupakan dua sektor yang dapat bertahan selama krisis ekonomi dengan tetap
memiliki pertumbuhan positif, walaupun sangat kecil.
Pertambangan juga mengalami
kemorosotan. Tahun 2004 sektor itu masih mengalami pertumbuhan 2,5 % dan tahun
2006 kontraksi 0,8 %. Sedangkan industri manufaktur memiliki laju pertumbuhan
rata-rata pertahun cukup stabil dan tinggi.
Data
PDB Dari Sektor Pertanian, Industri Dan Jasa
Berdasarkan
gambar ini, kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama
besarnya dengan jumlah dari empat faktor berikut :
a.
Kenaikan
permintaan domestik,[7]
yang memuat permintaan langsung untuk produksi industri manufaktur plus efek
tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor
lainnya terhadap sektor industri manufaktur.[8]
b.
Perluasan
ekspor (pertumbuhan dan diversifikasi), atau efek total dari kenaikan jumlah
ekspor terhadap produk industri manufaktur.[9]
Perkembangan Ekspor
Nasional (US $ Milyar)
c.
Substitusi
impor, atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan di tiap sektor yang
dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur.[10]
d.
Perubahan
teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien input-output (aij)
dalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan tehadap sektor
industri manufaktur.
Faktor-faktor
internal yang membedakan pola dan proses transisi ekonomi yang pesat dalam NB ,
ialah :
a.
Kondisi
dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi).
b.
Besarnya
pasar dalam negeri. Besarnya pasar domestik ditentukan oleh kombinasi antra
jumlah populasi dan tingkat riil per kapita.
c.
Pola
distribusi pendapatan. Faktor ini sangat mendukung faktor pasar di atas.
Walapun tingkat pendapatan rata-rata per kapita naik pesat, tetapi kalau
distribusinya sangat pincang, kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu
berarti bagi pertumbuhan indusri-industri yang membyuta barang-barang
sederhana, seperti makanan dan minuman, sepatu dan pakaian jadi (tekstil).
d.
Katakteristik
dari industrialisasi. Misalnya, cara pelaksanaan atau strategi pengembangan
industri yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembanguna
industri, dan insentif yang diberikan.
e.
Keberadaan
SDA. Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya SDA mengalami pertumbuhan ekonomi
yang lebih rendah atau terlambat melakukan industrialisasi, atau tidak berhasil
melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada negara yang
miskin SDA.
f.
Kebijakan
perdagangan luar negeri. Fakta menunjukkan bahwa di negara yang menerapkan
kebijakan ekonomi tertutup (inward looking), pola dan hasil
industrialisasinya berbeda dibandingkan di negara-negara yang menerapkan
kebijakan ekonomi terbuka (outward looking).
a)
Analisis
Empiris
Kalau
dilihat sejak awal era pemerintah Orde baru hingga sekarang, dapat
dikatakan bahwa proses perubahan
struktur ekonomi Indonesia cukup pesat, pada tahun 1970, nilai tambah bruto
(NTB) dari sector petanian, peternakan, kehutanan dan perikanan menyumbang
sekitar 45 persen terhadap pembentukan PDB, pada decade 1990-an hanya tinggal
sekitar 16 persen hingga 20 persen, dan tahun 2006 tinggal sekitar 12,9 persen.
Sedangkan
sumbangan output dari industry pengolahan (manufaktur) terhadap
pembentukan PDB pada tahun 2006 tercatat sekitar 28 persen; jadi sudah lebih
besar dari pada pertanian, dan ini jelas mencerminkan bahwa ekonomi nasional
telah mengalami suatu perubahan secara structural dalam 3 dekade belakangan
ini. Data terakhir dari triwulan II 2010 menunjukkan bahwa struktur PDB
Indonesia masih di dominasi oleh sektor industri manufaktur, sektor pertanian,
dan sektor perdagangan, hotel
dan restoran, dimana masing-masing memberikan kontribusi sebesar 24,9 persen,
15,9 persen dan 13,7 persen.
Semakin
kecilnya pangsa PDB dari sektor petanian relative terhadap sektor-sektor
ekonomi non-primer lainnya bukan berarti, bahwa volume produksi di sektor
pertanian berkurang setiap tahun (atau pertumbuhan rata-rata pertahun negatif).
Penurunan tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan output (rata-rata per tahun atau pertumbuhan total) di sektor
tersebut relative lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan output dari sektor industri.[11]
Tingkat pertumbuhan output di sektor pertanian disetiap
tahunnya selalu lebih rendah dibandingkan di industri manufaktur. Salah satu
penjelasannya adalah bahwa barang-barang manufaktur memiliki elastisitas
pendapatan dari permintaan positif dan lebih besar dari satu (I), sedangkan
banyak komoditas pertanian memiliki elistisitas dengan nilai lebih kecil dari satu atau bahkan
mendekati nol. Ini artinya adalah bahwa jika seseorang semakin kaya ia akan
membeli lebih banyak barang-barang mewah seperti mobil, rumah atau
barang-barang elektronik dari pada menambah pembelian daging, nasi atau
sayuran. Data terakhir dari BPS menunjukkan bahwa pada triwulan II 2010,
tercatat tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi berbasis kuartalan (q-to-q) yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi yang
mencapai 5,0 persen, sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 4,8 persen, dan
sektor jasa-jasa sebesar 3,7 persen.
Hal tersebut berbeda dengan pada tahun-tahun lalu yang
dimana sektor pertanian jauh lebih menonjol dibanding dengan sektor industri
dan manufaktur. Berikut adalah data beberapa sektor ekonomi pada ekonomi
tertutup:
Kontribusi Sektor Pertanian Dalam
Membentuk PDB, 1988-1994 Atas Dasar Harga Berlaku %
Sektor-Subsektor
|
1988
|
1989
|
1990
|
1991
|
1992
|
1993
|
1994
|
Sektor pertanian
|
24,12
|
23,43
|
21,55
|
19,66
|
19,53
|
17,88
|
17,44
|
·
Tanaman Pangan
|
14,86
|
14,65
|
13,25
|
11,50
|
11,33
|
9,73
|
9,21
|
·
Perkebunan
|
3,97
|
3,71
|
3,41
|
3,34
|
3,36
|
2,73
|
2,96
|
·
Kehutanan
|
1,02
|
0,98
|
0,95
|
0,89
|
0,84
|
1,90
|
1,97
|
·
Peternakan
|
2,49
|
2,28
|
2,23
|
2,25
|
2,32
|
1,88
|
1,91
|
Perikanan
|
1,78
|
1,81
|
1,71
|
1,68
|
1,67
|
1,63
|
1,67
|
Sektor-sektor lain
|
75,88
|
76,45
|
80,34
|
80,48
|
82,12
|
82,56
|
|
Sumber : Laporan Perekonomian Indonesia, 1994, BPS.
Tingkat
Proteksi Efektif Beberapa Industri (Dalam Persentase)
1987
|
1990
|
1992
|
|
Tepung gandum
|
600
|
600
|
600
|
Mie instan
|
53
|
115
|
47
|
Gula
|
600
|
227
|
228
|
Kedelai olahan
|
-38
|
82
|
82
|
Perkakas pertanian
|
90
|
116
|
108
|
Baterai*
|
600
|
600
|
600
|
Industry local
|
76
|
-
|
52
|
Pertumbuhan Rata-rata Tahunan Atas Nilai Tambah Industri
Manufaktur Skala Kecil Serta Menengah. Untuk periode 1985-1990 (Dalam
persentase)
Kecil
|
Menengah
|
Kecil
& menengah
|
|
Makanan
|
-3,5
|
7,1
|
3,5
|
Produk
kayu
|
3,5
|
17,0
|
13,4
|
Kertas
|
-1,2
|
9,7
|
5,9
|
Kimia
|
-9,2
|
6,6
|
1,9
|
Non
logam
|
3,1
|
0,0
|
1,9
|
Logam
dasar
|
24,6
|
45,9
|
41,3
|
Produk
logam
|
1,7
|
3,0
|
2,7
|
Lainnya
|
6,3
|
18,8
|
15,4
|
Total
|
-2,0
|
7,1
|
4,5
|
Sumber: World Bank (1993)
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distribusi
Produk Domestik Bruto (PDB) menurut sector atas dasar harga berlaku menunjukan
peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun dan tiga sector
utama yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan mempunyai
peranan sebesar 55,9 persen pada tahun 2006.
Pada awalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak
dipengaruhi bidang pertanian dan perkebunan. Setelah berlalunya waktu sektor
industri mendominasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Faktor pertumbuhan ekonomi
Indonesia terdiri dari barang modal, teknologi, tenaga kerja, uang, manajemen,
kredit perusahaan, ekspor impor, dan informasi. Produk
domestik bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai pasar semua barang dan
jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan
salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.
Kalau dilihat sejak awal era
pemerintah Orde baru hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa proses perubahan struktur ekonomi
Indonesia cukup pesat, pada tahun 1970, nilai tambah bruto (NTB) dari sector
petanian, peternakan, kehutanan dan perikanan menyumbang sekitar 45 persen
terhadap pembentukan PDB, pada decade 1990-an hanya tinggal sekitar 16 persen
hingga 20 persen, dan tahun 2006 tinggal sekitar 12,9 persen. Dalam
analisis deskriptif ini, kita akan melihat bagaimana kondisi struktur ekonomi
Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010. Untuk memudahkan analisis, sektor-sektor
dalam perekonomian akan dikelompokan menjadi 3 sektor yaitu sektor primer,
sekunder dan tersier. Sektor primer merupakan gabungan dari sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan dan sektor pertambangan dan penggalian.
Sektor sekunder merupakan gabungan dari sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas dan air dan sektor konstruksi. Sedangkan sektor tersier merupakan
gabungan dari sektor perdagangan, hotel, restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan serta sektor
jasa-jasa.
DAFTAR PUSTAKA
Eka Pramasty, Desyana dan Rosintan S., Lydia. Analisis Faktor Penentu
Pertumbuhan Ekonomi di Tujuh Negara Asean Periode Tahun 1996-2013. Vol. Nomor 1
Tahun 2014. Hal. 129-144.
Yunan. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia. Skripsi. Medan: Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara.
Siti Farida, Ai. 2011. Sistem Ekonomi Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. yang dikutip dari Ibnu Purna/Hamidi Rahmad http://www.setneg.go.id/index.php
Tambunan, Tulus T.H. 2001. Transformasi Ekonomi
di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Tambunan, Tulus T.H. 2011. Perekonomian Indonesia.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
[1] http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-76741.pdf
[2] Ai Siti
Farida, Sistem Ekonomi Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 59
yang dikutip dari Ibnu Purna/Hamidi Rahmad http://www.setneg.go.id/index.php
[4] Yunan, Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Skripsi, (Medan:
Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara, 2009), 20.
[6] Ai Siti Farida,
Sistem Ekonomi Indonesia, 59 yang dikutip dari Ibnu Purna/Hamidi Rahmad http://www.setneg.go.id/index.php.
[7] Yang terdiri atas
permintaan akhir terhadap barang jadi dan permintaan perantara terhadap barang
modal, barang setengah jadi, input perantara dan inpu lainnya
untuk keperluan produksi. Permintaan perantara ini bisa terjadi antarindustri,
misalnya industri makananbeli mesin dari industri mesin atau antara industri
dengan sektor-sektor ekonomi lainnya, misalnya sektor pertanian beli pupuk atau
alat-alat bertani dari industri.
[8] Efek tidak langsung
ini terjadi akibat adanya keterkaitan produksi antara sektor industri dengan
sektor-sektor ekonomi lainnya. Besarnya keterkaitan produksi tercerminkan pada
nilai aij. Misalnya, permintaan masyarakat terhadap perumahan
meningkat untuk memenuhi permintaan tersebut (pembanguna perumahan) diperlukan bahan-bahan bangunan.
Maka terjadi permintaan perantara
dari sektor bangunan terhadap output dari industri pembuat bahan-bahan
bangunan. Kalau dilihat dari sisi sektor bangunan, terjadi keterkaitan produksi
ke belakang dengan sektor industri (kalau di sisi industri, katerkaitan
produksi ke depan dengan sektor bangunan).
[9] Paling tidak secara
teoritis, sektor industri di suatu negara bisa berkembang pesat atau perubahan
struktur ekonominya bisa berjalan pesat karena dorongan dari ekspor, walaupun
perubahan permintaan domestik berlangsung lambat.
[10] Dengan menerapkan
kebijakan substitusi impor, sektor industri di dalam negeri ‘dipaksa’
berkembang. Semua barang-barng yang sebelumnya diimpor, sekarang dengan
kebijakan ini terpaksa dibuat di dalam negeri, sekalipun tidak memiliki
keunggulan komparatif. Maka muncullah berbagai jenis industri yang pada umumnya
tidak efisien dan produktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar