Kamis, 13 September 2018

MAKALAH PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI INDONESIA




MAKALAH

PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI INDONESIA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia


Dosen Pengampu:
Mashudi, S.HI., M.EI.


\
Disusun oleh:
Elina Fatmawati        (150721100
Alfu Hikmah             (150721100
Zakiyatur Rahmah     (150721100126)


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (A)
FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Tahun Pelajaran 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pertumbuhan dan Perubahan Stuktur Ekonomi Indonesia” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang wajib ditempuh untuk melengkapi salah satu materi dalam mata kuliah Perekonomian Indonesia. Makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu tambahan bagi para pembaca khususnya dalam bidang ekonomi.
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Mashudi S,HI.M,EI selaku Dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia dan terima kasih kepada teman – teman yang membantu penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Bangkalan, 15 September 2016



Penyusun






DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Faktor Penentu Pertumbuhan Eknonomi Indonesia........................................ 3
2.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia................................................................... 8

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Para ekonomi dan politisi dari semua negara, baik negara-negara kaya maupun miskin, yang menganut sistem kapitalis, sosialis maupun campuran, semuanya sangat mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pada setiap akhir tahun, masing-masing negara selalu mengumpulkan data-data statistiknya yang berkenaan dengan tingkat pertumbuhan GNP relatifnya, dan dengan penuh harap mereka menantikan munculnya angka-angka pertumbuhan yang membesarkan hati. “Pengejaran pertumbuhan” merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini.
Seperti kita telah ketahui, berhasil-tidaknya program-program pembangunan di negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasional.
Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.
1.2    Rumusan Masalah
a.         Apa saja faktor penentu prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
b.        Bagaimana perubahan struktur ekonomi Indonesia dari yang tertutup menjadi yang terbuka?
1.3    Tujuan Masalah
a.         Untuk mengetahui faktor penentu prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
b.        Untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi Indonesia dari yang tertutup menjadi yang terbuka.



















BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Distribusi Produk Domestik Bruto (PDB) menurut sector atas dasar harga berlaku menunjukan peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun dan tiga sector utama yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan mempunyai peranan sebesar 55,9 persen pada tahun 2006.[1] Pada awalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak dipengaruhi bidang pertanian dan perkebunan. Setelah berlalunya waktu sektor industri mendominasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berikut adalah pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang dilihat dari tingkat PDB mulai tahun 2009-2015:
Pertumbuhan PDB Indonesia per Kuartal 2009–2015 (perubahan % tahunan):
Tahun
Quarter I
Quarter II
Quarter III
Quarter IV
2015
4.72
4.67
4.74
5.04
2014
5.14
5.03
4.92
5.01
2013
6.03
5.81
5.62
5.72
2012
6.29
6.36
6.17
6.11
2011
6.45
6.52
6.49
6.50
2010
5.99
6.29
5.81
6.81
2009
4.60
4.37
4.31
4.58
Sumber: BPS
Turun-naiknya perekonomian nasional dapat dilihat dari data statistik yang dipublikasikan setiap bulan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pada bulan Desember 2008, BPS mempublikasikan berita resmi statistik yang mencakup inflasii, ekspor impor, tenaga kerja, pariwisata, dan lain-lain.[2]
Produk Domestik Regional Indonesia (2010-2012)
1.        Barang Modal
Agar ekonomi dapar bertumbuh, stok barang modal harus ditambah dengan cara investasi. Untuk meningkatkan investasi dengan cara menangani faktor-faktor yang mempengaruhi investasi. Salah satu contohnya adalah tingkat Pengembakian yang diharapkan karena, kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal masyarakat.
2.        Tenaga Kerja
Sampai saat ini, khususnya di negara sedang berkembang (NSB), tenaga kerja (TK) masih merupakan faktor produksi yang domain.Penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output. Untuk meningkatkan output secara efisien, pilihan yang rasional adalah teknologi padat modal.
3.        Teknologi
Penggunaan teknologi yang makin tinggi sangat memacu pertumbuhan ekonomi, jika hanya dilihat dari peningkatan output.Memang sulit mengatasi mengatasi dualisme dampak tekonologi.Babarapa ekonom telah mencoba mencari jalan bukan untuk mengatasi, melainkan untuk mengurangi keterpisahan antara kesempatan kerja dan tekonologi.Salah satu konsep yang diajukan adalah penggunakaam teknologi madia atau tepat guna di NSB.Dengan penggunaan teknologi, manusia dapat memanfaatkan secara optimalapa yang ada dalam diri dan lingkungannya. Bahkan kelebihan penggunaan teknologi tepat guna adalah ditekannya pemborosan penggunaan SDA atau energi dalam proses produksi.
4.        Uang
Dalam perekonomian modern, uang memegang peran dan fungsi sentral. Uang akan sangat memberi konstribusi bagi pertumbuhan ekonomi, selama penggunaanya sangat efisien. Tingakat efisiensi peenggunaan uang juga sangat ditentukan oleh tingkat efisiensi sistem perbankan.Bardasarkan pemikiran inilah pemerintah Indonesia sejak 1983 membenasi sistem keuangan dengan memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebab dengan pembenahan tersebut proses alokasi sumber daya keuangan sudah lebih baik dan efisien dibanding periode sebelum tahun 1983.
5.        Manajemen
Manajemen adalah peralatan yang sangat dibutuhkan untuk mengelola perekonomian modern, terutama bagi perekonomian yang mengandalkan mekanisme pasar.Sistem manajemen yang baik, terkadag jauh lebih berguna dibanding barang modal yang banyak, uang yang berlimpah dan teknologi tinggi.[3]
6.        Kredit Perbankan
Perbankan sebagai salah satu fungsi intermediasi, berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi karena dengan adanya kredit bank maka akan membantu pada dana pembangunan dan dunia usaha.
Berdasarkan data bank Indonesia (2005), nilai kredit yang diberikan bank umum sejak tahun 200 hingga tahun 2004 mengalami peningkatkan setiap tahun. Nilai kredik yang diberikan bank umum pada tahun 2000 sebesar Rp. 861.905 miliar dan meningkat setiap tahun menjadi Rp. 1.794.190 miliar pada tahun 2004.[4]
Perkembangan Jumlah Kredit di Indonesia, Tahun 1985-2007
Sumber BPS
7.        Kewirausahaan (Enterpreneurship)
Para pengusaha mempunyai perkiraan yang matang bahwa input yang dikombinasikannya akan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, atau menjadi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, atau menjadi barang dan jasa, yang akan dibutuhkan masyarakat. Kemampuan mengkombinasikan input ini dapat disebut sebagai kemampuan inovasi. Sejarah perkembangan perekonomian yang telah maju, juga membuktikan betapa besarnya peranan para wirausahawan dalam memajukan perekonomian.
7.        Informasi
Syarat agar pasar berfungsi sebagai alat alokasi daya ekonomi yang efisien adalah adanya informasi yang sempurna dan seimbang (perfect and simetric information).Kegagalan pasar merupakan akibat tidak terpenuhinya asumsi ini.
8.        Ekspor dan Impor
Ekspor dan impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor impor akan memperbesarkan kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang pontensial untuk berbagi produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya.[5]
Nilai ekspor Indonesia Oktober 2008 mencapai US 10,81 miliar atau mengalami penurunan sebesar 11,61 % dibanding ekspor September 2008. Akan tetapi, apabila dibandingkan ekspor Oktober 2007, terjadi peningkatan sebesar 4,92 %. Data tersebut menunjukkan bahwa ekspor kita meningkat dari tahun 2007 sebesar 26,92 %.[6]
Perkembangan Ekspor Impor Indonesia 2011-2012
Dalam faktor penentu prospek pertumbuhan ekonomi ada tiga sektor yang paling berpengaruh yakni:
a.         Pertanian
b.        Industri
c.         Jasa
Berikut adalah data pertumbuhan ekonomi dilihat sari tiga sektor tersebut:
Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa

1965
1980
1996
2010
51%
24%
16%
15%
13%
42%
43%
47%
36%
34%
41%
38%
Sumber: Bank Dunia dan CIA World Factbook
2.2    Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Produk domestik bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.
a)        Analisis Deskriptif
Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masing-masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier. Gambaran kondisi struktur ekonomi Indonesia dapat dilihat melalui kontribusi setiap sektor ekonomi terhadap pembentukan PDB. Struktur ekonomi dikatakan berubah apabila kontribusi/pangsa PDB dari sektor ekonomi yang mulanya dominan digantikan oleh sektor ekonomi lain. 
Dalam analisis deskriptif ini, kita akan melihat bagaimana kondisi struktur ekonomi Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010. Untuk memudahkan analisis, sektor-sektor dalam perekonomian akan dikelompokan menjadi 3 sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer merupakan gabungan dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder merupakan gabungan dari sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air dan sektor konstruksi. Sedangkan sektor tersier merupakan gabungan dari sektor perdagangan, hotel, restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Tabel distribusi PDB atas Harga Berlaku menurut Sektor, 2003-2010 (%)
Sektor
2003
2004
2005
2006
Triwulan II 2010
Primer
23,5
23,2
24,2
23,5
26,7
Pertanian,peternakan, kehutanan dan perikanan

15,2

14,3

13,1

12,9

15,3
Pertambangan dan penggalian
8,3
8,9
11,1
10,6
11,4
Sekunder
35,5
35,7
35,7
36,4
36,4
Industri pengolahan
28,3
28,1
27,7
28,0
26,4
Listrik, gas dan air
1,0
1,0
1,0
0,9
0,1
Konstruksi
6,2
6,6
7,0
7,5
9,9
Tersier
41,0
41,1
40,1
40,1
36,9
Transportasi dan komunikasi
16,6
16,1
15,4
14,9
13,4
Perdagangan, hotel dan restoran
5,9
6,2
6,5
6,9
6,3
Keuangan, penyewaan dan jasa-jasa bisnis
8,6
8,5
8,3
8,1
7,0
Jasa lainnya
9,9
10,3
9,9
10,1
10,2
PDB
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Perubahan struktur ekonomi tersebut yang memperlemah posisi relatif dari sektor pertanian dan sektor pertambangan didalam perekonomian nasional disebabkan oleh laju pertumbuhan output rata-rata per tahun dikedua sektor tersebut relatif lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output rata-rata pertahun disektor-sektor sekunder, terutama industri manufaktur  dan sektor-sektor tersier,perubahan ini boleh dianggap sebagai salah satu konsekuensi dari proses pembangunan ekonomi jangka panjang. Persentase pertumbuhan output pertanian menurun terus selama kurun waktu tersebut. Tahun 2006 hanya sekitar 2,4 %. Namun demikian , dibandingkan sektor-sektor lain,pertanian dan listrik, gas dan air minum merupakan dua sektor yang dapat bertahan selama krisis ekonomi dengan tetap memiliki pertumbuhan positif, walaupun sangat kecil.
Pertambangan juga mengalami kemorosotan. Tahun 2004 sektor itu masih mengalami pertumbuhan 2,5 % dan tahun 2006 kontraksi 0,8 %. Sedangkan industri manufaktur memiliki laju pertumbuhan rata-rata pertahun cukup stabil dan tinggi.
Data PDB Dari Sektor Pertanian, Industri Dan Jasa
Berdasarkan gambar ini, kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah dari empat faktor berikut :
a.         Kenaikan permintaan domestik,[7] yang memuat permintaan langsung untuk produksi industri manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap sektor industri manufaktur.[8]
b.        Perluasan ekspor (pertumbuhan dan diversifikasi), atau efek total dari kenaikan jumlah ekspor terhadap produk industri manufaktur.[9]
Perkembangan Ekspor Nasional (US $ Milyar)
c.         Substitusi impor, atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan di tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur.[10]
d.        Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien input-output (aij) dalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan tehadap sektor industri manufaktur.
Faktor-faktor internal yang membedakan pola dan proses transisi ekonomi yang pesat dalam NB , ialah :
a.         Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi).
b.        Besarnya pasar dalam negeri. Besarnya pasar domestik ditentukan oleh kombinasi antra jumlah populasi dan tingkat riil per kapita.
c.         Pola distribusi pendapatan. Faktor ini sangat mendukung faktor pasar di atas. Walapun tingkat pendapatan rata-rata per kapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya sangat pincang, kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan indusri-industri yang membyuta barang-barang sederhana, seperti makanan dan minuman, sepatu dan pakaian jadi (tekstil).
d.        Katakteristik dari industrialisasi. Misalnya, cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembanguna industri, dan insentif yang diberikan.
e.         Keberadaan SDA. Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya SDA mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan industrialisasi, atau tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada negara yang miskin SDA.
f.         Kebijakan perdagangan luar negeri. Fakta menunjukkan bahwa di negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward looking), pola dan hasil industrialisasinya berbeda dibandingkan di negara-negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka (outward looking).
a)        Analisis Empiris
Kalau dilihat sejak awal era pemerintah Orde baru hingga sekarang, dapat dikatakan  bahwa proses perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup pesat, pada tahun 1970, nilai tambah bruto (NTB) dari sector petanian, peternakan, kehutanan dan perikanan menyumbang sekitar 45 persen terhadap pembentukan PDB, pada decade 1990-an hanya tinggal sekitar 16 persen hingga 20 persen, dan tahun 2006 tinggal sekitar 12,9 persen.
Sedangkan sumbangan output  dari industry pengolahan (manufaktur) terhadap pembentukan PDB pada tahun 2006 tercatat sekitar 28 persen; jadi sudah lebih besar dari pada pertanian, dan ini jelas mencerminkan bahwa ekonomi nasional telah mengalami suatu perubahan secara structural dalam 3 dekade belakangan ini. Data terakhir dari triwulan II 2010 menunjukkan bahwa struktur PDB Indonesia masih di dominasi oleh sektor industri manufaktur, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, dimana masing-masing memberikan kontribusi sebesar 24,9 persen, 15,9 persen dan 13,7 persen.
Semakin kecilnya pangsa PDB dari sektor petanian relative terhadap sektor-sektor ekonomi non-primer lainnya bukan berarti, bahwa volume produksi di sektor pertanian berkurang setiap tahun (atau pertumbuhan rata-rata pertahun negatif). Penurunan tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan output (rata-rata per tahun atau pertumbuhan total) di sektor tersebut relative lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan output dari sektor industri.[11]
Tingkat pertumbuhan output di sektor pertanian disetiap tahunnya selalu lebih rendah dibandingkan di industri manufaktur. Salah satu penjelasannya adalah bahwa barang-barang manufaktur memiliki elastisitas pendapatan dari permintaan positif dan lebih besar dari satu (I), sedangkan banyak komoditas pertanian memiliki elistisitas dengan nilai lebih kecil dari satu atau bahkan mendekati nol. Ini artinya adalah bahwa jika seseorang semakin kaya ia akan membeli lebih banyak barang-barang mewah seperti mobil, rumah atau barang-barang elektronik dari pada menambah pembelian daging, nasi atau sayuran. Data terakhir dari BPS menunjukkan bahwa pada triwulan II 2010, tercatat tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi berbasis kuartalan (q-to-q)  yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 5,0 persen, sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 4,8 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 3,7 persen.
Hal tersebut berbeda dengan pada tahun-tahun lalu yang dimana sektor pertanian jauh lebih menonjol dibanding dengan sektor industri dan manufaktur. Berikut adalah data beberapa sektor ekonomi pada ekonomi tertutup:
Kontribusi Sektor Pertanian Dalam Membentuk PDB, 1988-1994 Atas Dasar Harga Berlaku %
Sektor-Subsektor
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
Sektor pertanian
24,12
23,43
21,55
19,66
19,53
17,88
17,44
·          Tanaman Pangan
14,86
14,65
13,25
11,50
11,33
9,73
9,21
·           Perkebunan
3,97
3,71
3,41
3,34
3,36
2,73
2,96
·           Kehutanan
1,02
0,98
0,95
0,89
0,84
1,90
1,97
·           Peternakan
2,49
2,28
2,23
2,25
2,32
1,88
1,91
Perikanan
1,78
1,81
1,71
1,68
1,67
1,63
1,67
Sektor-sektor lain
75,88
76,45
80,34
80,48
82,12
82,56

Sumber : Laporan Perekonomian Indonesia, 1994, BPS.
Tingkat Proteksi Efektif Beberapa Industri (Dalam Persentase)

1987
1990
1992
Tepung gandum
600
600
600
Mie instan
53
115
47
Gula
600
227
228
Kedelai olahan
-38
82
82
Perkakas pertanian
90
116
108
Baterai*
600
600
600
Industry local
76
-
52

Pertumbuhan Rata-rata Tahunan Atas Nilai Tambah Industri Manufaktur Skala Kecil Serta Menengah. Untuk periode 1985-1990 (Dalam persentase)

Kecil
Menengah
Kecil & menengah
Makanan
-3,5
7,1
3,5
Produk kayu
3,5
17,0
13,4
Kertas
-1,2
9,7
5,9
Kimia
-9,2
6,6
1,9
Non logam
3,1
0,0
1,9
Logam dasar
24,6
45,9
41,3
Produk logam
1,7
3,0
2,7
Lainnya
6,3
18,8
15,4
Total
-2,0
7,1
4,5
Sumber: World Bank (1993)



























BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Distribusi Produk Domestik Bruto (PDB) menurut sector atas dasar harga berlaku menunjukan peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun dan tiga sector utama yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan mempunyai peranan sebesar 55,9 persen pada tahun 2006. Pada awalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak dipengaruhi bidang pertanian dan perkebunan. Setelah berlalunya waktu sektor industri mendominasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Faktor pertumbuhan ekonomi Indonesia terdiri dari barang modal, teknologi, tenaga kerja, uang, manajemen, kredit perusahaan, ekspor impor, dan informasi. Produk domestik bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.
Kalau dilihat sejak awal era pemerintah Orde baru hingga sekarang, dapat dikatakan  bahwa proses perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup pesat, pada tahun 1970, nilai tambah bruto (NTB) dari sector petanian, peternakan, kehutanan dan perikanan menyumbang sekitar 45 persen terhadap pembentukan PDB, pada decade 1990-an hanya tinggal sekitar 16 persen hingga 20 persen, dan tahun 2006 tinggal sekitar 12,9 persen. Dalam analisis deskriptif ini, kita akan melihat bagaimana kondisi struktur ekonomi Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010. Untuk memudahkan analisis, sektor-sektor dalam perekonomian akan dikelompokan menjadi 3 sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer merupakan gabungan dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder merupakan gabungan dari sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air dan sektor konstruksi. Sedangkan sektor tersier merupakan gabungan dari sektor perdagangan, hotel, restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
DAFTAR PUSTAKA
Eka Pramasty, Desyana dan Rosintan S., Lydia. Analisis Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi di Tujuh Negara Asean Periode Tahun 1996-2013. Vol. Nomor 1 Tahun 2014. Hal. 129-144.
Yunan. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Skripsi. Medan: Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara.
Siti Farida, Ai. 2011. Sistem Ekonomi Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.  yang dikutip dari Ibnu Purna/Hamidi Rahmad http://www.setneg.go.id/index.php
Tambunan, Tulus T.H. 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Tambunan, Tulus T.H. 2011. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.



[1] http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-76741.pdf
[2] Ai Siti Farida, Sistem Ekonomi Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 59 yang dikutip dari Ibnu Purna/Hamidi Rahmad http://www.setneg.go.id/index.php
[3] http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-76741.pdf
[4] Yunan, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Skripsi, (Medan: Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara, 2009), 20.
[5] Ibid, 22.
[6] Ai Siti Farida, Sistem Ekonomi Indonesia, 59 yang dikutip dari Ibnu Purna/Hamidi Rahmad http://www.setneg.go.id/index.php.
[7] Yang terdiri atas permintaan akhir terhadap barang jadi dan permintaan perantara terhadap barang modal, barang setengah jadi, input perantara dan inpu lainnya untuk keperluan produksi. Permintaan perantara ini bisa terjadi antarindustri, misalnya industri makananbeli mesin dari industri mesin atau antara industri dengan sektor-sektor ekonomi lainnya, misalnya sektor pertanian beli pupuk atau alat-alat bertani dari industri.
[8] Efek tidak langsung ini terjadi akibat adanya keterkaitan produksi antara sektor industri dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Besarnya keterkaitan produksi tercerminkan pada nilai aij. Misalnya, permintaan masyarakat terhadap perumahan meningkat untuk memenuhi permintaan tersebut (pembanguna  perumahan) diperlukan bahan-bahan bangunan. Maka terjadi permintaan perantara dari sektor bangunan terhadap output dari industri pembuat bahan-bahan bangunan. Kalau dilihat dari sisi sektor bangunan, terjadi keterkaitan produksi ke belakang dengan sektor industri (kalau di sisi industri, katerkaitan produksi ke depan dengan sektor bangunan).
[9] Paling tidak secara teoritis, sektor industri di suatu negara bisa berkembang pesat atau perubahan struktur ekonominya bisa berjalan pesat karena dorongan dari ekspor, walaupun perubahan permintaan domestik berlangsung lambat.
[10] Dengan menerapkan kebijakan substitusi impor, sektor industri di dalam negeri ‘dipaksa’ berkembang. Semua barang-barng yang sebelumnya diimpor, sekarang dengan kebijakan ini terpaksa dibuat di dalam negeri, sekalipun tidak memiliki keunggulan komparatif. Maka muncullah berbagai jenis industri yang pada umumnya tidak efisien dan produktif.
[11] Tulus Tambunan,  Perekonomian Indonesia. (Jakarta: Ghalia Indonesia,2011) 66.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar