Kamis, 22 Oktober 2015

Makalah Perkembangan Studi Islam



MAKALAH
PERKEMBANGAN STUDI ISLAM
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Islam
Dosen pembimbing : Shofiyun Nahidloh S.Ag, M.Hi


Disusun oleh :
1.     Zakiyatur Rahmah              
2.     Hidayatut Thoyyibah            
3.     Mursyidi Abror                     
4.     Alfu Hikmah                        
                 

EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan Allah SWT, karena dengan berkat rahmat dan hidayahNya, makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu dosen Shofiyun Nahidloh S.Ag M.Hi yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami, dan tidak luput juga kami ucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman yang ikut menyumbang  pikirannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami memohon maaf kepada ibu dosen Shofiyun Nahidloh S.Ag, M.Hi khusunya dan umumnya kepada para pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya, kami mengharap kritik dan sarannya yang bersifat membangun kepada semua pembaca demi lebih baiknya makalah ini.



Bangkalan, 16 September 2015


Penyusun










DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................... 2

Bab II Pembahasan
A. Sejarah awal study Islam............................................................................ 3
B. Metode pembelajaran................................................................................. 4
C. Perkembangan studi Islam di Negara muslim............................................ 4
D. Perkembangan studi Islam di Barat........................................................... 5
E. Perkembangan studi Islam di Asia Tenggara.............................................. 14

Bab III Penutup
A. Kesimpulan................................................................................................. 22

Daftar Pustaka....................................................................................................... 23





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah perkembangan studi Islam di kalangan ilmuan muslim dari masa kemasa, ada banyak sekali kisah yang dapat dipelajari. Sejarah perkembangan studi Islam ini merupqkqn bidang study yang banyak menarik perhatian para penelitian, baik dari kalangan sarjana muslim maupun nonmuslim. Karena dari hasil penelitian itu banyak manfaat yang dapat di peroleh untuk landasan study. Entahkah dari perkembangan, pendekatan, cara, ataupun hal-hal yang lain yang berkaitan dengan pembelajaran.
Selama ini informasi mengenai sejarah perkembangan study Islam banyak berasal dari penelitian sarjana nonmoslem (orang barat) dikarenakan mereka memiliki etos penelitian yang sangat tinggi dan didukung oleh dana yang banyak serta kemauan politik yang kuat dari pemimpinnya. Sedangkan penelitian dari kalangan sarjana Islam sendiri tidak bisa berkembang di karenakan keilmuannya masih rendah dan belum ada keahlian di bidang penelitian tersebut. Selain itu dana dan politik dari pemerintahnya sangat kondusif.
Proses pendidikan sebenarnya berasal telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembangnya social budaya manusia di bumi ini. Proses perkembangan itu bersumber dari Islam yang terambil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimana sejarah awal study Islam ?
2.      Bagaimana metode pembelajaran Islam ?
3.      Bagaimana perkembangan lembaga pendidikan Islam ?
4.      Bagaimana munculnya studi Islam ?
5.      Bagaimana perkembangan studi Islam di negara-negara Barat?
6.      Bagaimana perkembangan studi Islam di Asia Tenggara?

C.    Tujuan Penulisan
          Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan di tulisnya makalah ini adalah :
1.      Mengetahui sejarah awal studi Islam.
2.      Mengatahui metode pembelajaran Islam.
3.      Mengetahui perkembangan lembaga pendidikan Islam.
4.      Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan.
5.      Mengetahui perkembangan studi Islam  di negara-negara Barat.
6.      Mengetahui perkembangan studi Islam di Asia Tenggara.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Awal Studi Islam
Masa kejayaaan pendidikan Islam merupakan satu periode dimana pendidikan Islam berkembang pesat yang ditandai dengan berkembangnya lembaga pendidikan Islam dan madrasah (sekolah-sekolah) formal serta universitas-universitas dalam berbagai  pusat kebudayaan Islam. Lembaga-lembaga pendidikan sanagat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola kehidupan dan pola budaya umat Islam. Berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan pengembangan berbagai macam aspek budaya umat  Islam.
Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun Ar-Rosyid (170-193). Karena beliau adalah ahli ilmu pengetahuan dan mempunyai kecerdasan serta didukung Negara dalam kondisi aman, tenang dan dalam masa pembangunan sehingga dunia Islam pada saat itu diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al-Qur’an, agama, membaca, menulis, dan sya’ir. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran khitabah, ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, ilmu-ilmu pokok seperti al-Qur’an, syair dan fiqih.
Di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid, kurikulumnya adalah ilmu agama dengan Al-Qur’an sebagai intinya. Selain itu hadits dan tafsir. Dan selain itu, adapula system pengajaran cara berdakwah dengan baik, karena merupakan peran penting dalam kehidupan keagamaan dan pendidikan Islam di kalangan masyarakat. Ada 3 hal yang harus di pelajari dalam berdakwah,
1.      Al-Ma’ani yang membahas perbedaan kalimat bagaimana dan bagaimana melafalkannya dengan jelas.
2.      Al-Bayan yang menagajarkan dalam berekspresi, mengeluarkan ide-ide dengan fasih dan tidak mengandung arti ganda.
3.       Al-Badi yang membahas kata-kata indah dan hiasan kata dalam pidato.

B.     Metode Pembelajaran
Metode pengajaran yang dipakai pada masa dinasti Abbasiyah dapat di kelompokkan menjadi 3 maca, yaitu :
1.      Metode Lisan
Metode ini dapat berupa dikte, ceramah, qiro’ah, dan dapat berupa diskusi.
2.      Metode Hafalan
Metode ini dilakukan oleh murid dengan cara membaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di benak mereka.
3.      Metode Tulisan
Metode ini merupakan metode pengkopian karya-karya ulama’ atau penggandaan buku.

C.    Perkembangan Studi Islam Di Negara Muslim
Study Islam di Negara-negara muslim telah lama ada. Ditandai dengan sebuah perguruan tinggi (PT) Nizamiyah di Bahdad yang berdiri pada tahun 455 H/1063 M. PT ini di lengkapi dengan perpustakaan, yang bernama Bait al-Hikmah, yang di bangun oleh kholifah Al-makmun (813-833 M). salah seorang ulama’ besar yang pernah megajar disana, adalah ahli pikir Islam tersebar Abu Hamid Al-Ghozali (1058-1111 M) yang terkenal dengan sebutan Imam al-Ghozali. Akan tetpi Perguruan Tinggi ini hanya sempat hidup selama hampir dua abad dikarenakan penyerbuan banggsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M.
Selanjutnya berdiri pusat-pusat study Islam seperti Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Pada masa pemerintahan Al-Hakim Biamrillah Khalifah keenam dari Daulat Fathimiyah, ia pun membangun perpustakaan terbesar di Al-Qahira yang di beri nama Bait AL-Hikmat (Balai Ilmu Pengetahuan).
Pada tahun 567 H/1171 M Daulat Fathimiyah ditumbangkan oleh Sulthan Salahuddin Al-Ayyuubi yang mendirikan Daulat Al-Ayyubiyah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada Daulat Abbasiyyah di Bahdad sehingga kurikulum yang ada di PT al-Azhar yang mengalami perombakan total, dari aliran Syiah kepada aliran Sunni. Akan tetapi PT Al-Azhar ini dapat bertahan dari abad 10 M sampai abad 20 M.
Di Universitas Al Azhar itu proses pembelajaran di bedakan antara laki- laki dengan perempuan, beda dengan Universitas-Universitas yang lain seperti Universitas Umul Qura di Arab Saudi, Universita Taheran di Taheran
D.    Perkembangan Studi Islam di Barat
Kontak Islam dengan Barat (Eropa) dapat dikelompokkan menjadi dua fase, yakni: (1) di masa kejayaan Islam (abad ke 8 M) dan (2) di masa renaissance/ runtuhnya muslim.
1.      Fase Kejayaan Muslim
Kontak pertama antara dunia Barat dengan dunia muslim adalah lewat kontak perguruan tinggi. Bahwa sejumlah ilmuan dan tokoh-tokoh barat datang di perguruan tinggi muslim untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dunia belahan barat ada di Cordova. Bentuk lain dari kontak dunia muslim dengan dunia barat pada fase pertama adalah penyalinan manuskrip-manuskrip ke dalam bahasa latin sejak abad ke-13 M hingga bangkitnya zaman kebangunan (renaissance) di Eropa pada abad ke-14.
Kemudian setelah ilmu-ilmu yang dahulunya dikembangkan muslim masuk ke Eropa dan dikembangkan oleh sarjana-sarjana Barat, dirasakan banyak tidak sejalan dengan Islam. Misalkan dirasakan dirasuki oleh paham sekuler dan sejenisnya. Karena itu, beberapa ilmuan melakukan usaha pembersihan.
2.      Fase Renaissance/ Runtuhnya Muslim
Selama abad renaissance Eropa menguasai dunia untuk mencari mata dagangan, komersial, dan penyebaran agama. Kedatangan muslim fase kedua ke dunia barat, khususnya Eropa Barat dilatar belakangi oleh dua alasan pokok, yakni: (1) alasan politik dan (2) alasan ekonomi. Alasan politik adalah kesepakatan kedua negara, yang satu sebagai bekas penjajah, sementara yang satunya sebagai bekas jajahan. Adapun alasan ekonomi adalah untuk mencukupi tenaga buruh yang dibutuhkan negara-negara Eropa Barat.
Islam di daerah barat memang bukanlah hal bau lagi bagi dunia. Menurut Abdullah (2006) kajian studi Islam Barat sudah mulai sejak abad ke-13. Di masa ini Universitar di Prancis begitu giat dalam mempelajari karya-karya sarjana mulim seperti, Ibnu Sina, Al-Faraby dan Ibnu Rusyd. Pemikiran Ibnu Rusyd bahkan menjadi trensetter sehingga membentuk sebuah komunitas yang dinamakan “Averoisme”.
Selain itu, karya Ibnu Rusyd yang berupa buku berjudul Fasl Al-Maqal juga menjadi buku rujukan para pelajar Eropa.
Filsuf muslim lain yang karyanya juga dijadikan rujukan adalah Ibnu Sina. Ia memiliki karya yang berjudul Al- Qanun Fi Al- Tibb yang membahas tentang masalah kedokteran.
Dunia Islam, pada abad ke-19 menurut beberapa ahli menjadi salah satu “situs arkeologis” yang paling eksotis untuk dikaji.
Islam di daerah barat dipelopori oleh orientalis yakni para ahli ketimuran khususnya Islam. Studi Islam yang para orientalis lakukan menyangkut berbagai aspek. Namun ada juga yang hanya memfokuskan pada hal-hal tertentu. Contohnya adalah, Ignaz Goldziher, yang membahas tentang hadist lewat bukunya yang berjudul Muhammadenische Studien (1890 M). Hal ini juga diikuti oleh Joseph Schact yang memiliki buku berjuul The Origin Of Muhammadan Jurisprudence (1950) dan juga buku yang berjudul An Introdution To Islamic Law.
  1. Pusat-Pusat Kajian Islam di Barat
a.       Perkembangan Islam di Canada
Islam dikenal di daerah ini mulai tahun 1854. Bukti dari penyataan ini adalah adanya seseorang yang bernama Agnes dan James Love yang berasal dari Skotlandia. James lahir tahun 1854 dan dia merupakan muslim pertama yang lahir di Ontario. Terdapat satu pasangan Muslim lain yang bernama John dan Martha Simon yang kemudian pindah ke Canada tahun 1871. Pada tahun 1871 di catatan sipil tercatat sebanyak 13 orang beragama Islam. mereka adalah keturunan Lebanon. Mereka juga mendirikan masjid Al-Rashid yang berada di Edmonton, Alberta pada 1938.
Komunitas muslim terbesar saat ini berada di Toronto dengan jumlah muslim sebanyak 250 ribu jiwa. Di kota ini juga terdapat lebih dari 20 masjid.
Menurut survei kependudukan yang dilaksanakan di Canada, islam tumbuh sangat pesat dan melebihi semua agama yang lain. Dan badan Statistik Canada memprediksi pada 2017 populasi Muslim meningkat sebanyak 160 persen. Hal ini membuat tebentuknya beberapa organisasi seperti Kongres Islam Kanada (CIC) dan Asosiasi Muslim Kanada (MAC). Organisasi-organisasi ini bahkan telah memiliki sekolah sendiri bagi para warga Muslim.
Muslim di Kanada hidup dengan damai dan berbaur dengan warga lain yang non Muslim. Bahkan, para wanita Muslim diperbolehkan untuk memakai hijab ketika mereka beraktifitas.
Anwar dkk., (2009:44) dengan mengutip pendapat Jamali Sahrodi mengemukakan bahwa kajian studi Islam di Kanada pertama kali dilakukan di McGill University dengan tokoh utamanya Wilfred Cantwell Smith.[1]
Gagasan kajian ini dikarenakan banyaknya konflik yang timbul akibat isu agama. Hal tersebut yang membuat Smith membuka pusat kajian agar para sarjana Barat paham akan ajaran Islam dan mengurangi kesalahpahaman diantara mereka. Kemudian pusat kajian ini berkembang hingga memiliki departemen tersendiri. Untuk lebih meperbanyak hasil penelitian tentang Islam, mereka juga mengundang para peneliti, profesor, dan guru-guru besar dari berbagai negara di seluruh penjuru dunia.
Studi ini bertujuan untuk menekuni kajian budaya dan peradaban Islam dari zaman Nabi Muhammad SAW sampai kontemporer. Tujuan lainnya adalah memahami ajaran Islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia. Tujuan ketiga adalah mempelajari beberapa bahasa muslim.
b.      Perkembangan Islam di Amerika
Islam adalah bagian dari masa lalu Amerika. Edward E. Curtis adalah seorang profesor studi agama dan studi Amerika di Indiana University Purdue University Indianapolis. Dalam bukunya “Muslim di Amerika”, mengatakan bahwa muslim selalu menjadi bagian dari Amerika Serikat, bahkan sebelum (AS) menjadi sebuah bangsa.[2]
Beliau meneliti sejarah islam di Amerika dan bagaimana peranan para Muslim dalam awal pembentukan negara Amerika. Menurutnya, muslim pertama yang ada di negara ini berasal dari Spanyol. Bahkan, kata Curtis dokumen-dokumen kolonial, termasuk jurnal, catatan pengadilan, dan tagihan penjualan untuk budak, menunjukkan adanya muslim di Amerika Utara yang berbahasa Inggris.[3]
Kita masih ingat peristiwa bom Bali dan juga peristiwa 11 September yang menewaskan banyak warga Amerika saa itu. Justru hal itu yang sangat aneh, setelah adanya peristiwa itu warga Amerika justru berbondong-bondong untuk masuk Islam. Memang awalnya Islam di cap sebagai negara yang teroris dan mengajarkan kekerasan. Namun, pada kenyataannya begitu banyak warga non Muslim yang masuk Islam. Mereka begitu penasaran dengan Islam setelah adanya peristiwa itu. Mereka mulai mencari tahu tentang ajaran-ajaran islam baik langsung dari Al-Qur’an maupun buku-buku tengtang agama pembawa kebahagiaan ini. Mereka menemukan pengisi kekosongan hati yang selama ini mereka cari.
Terdapat berbagai alasan mengapa para warga non muslim ini malah masuk ke agama islam. Pertama, kehidupan mereka sebelumnya hanya diisi dengan urusan duniawi sehingga mereka merasa terdapat suatu kekosongan di diri mereka sendiri.
Kedua, setelah mempelajari dan masuk Islam, mereka merasakan ketenangan dan kedamaian karena merasa hubungan dengan Allah SWT itu langsung dan dekat.
Ketiga, mereka bahkan menemukan kebenaran yang selama ini mereka cari dalam hidup ini. Semisal tentang keesaan Tuhan, kemurnian kitab suci, dan sebagainya.
Keempat, para kaum wanita merasa bahwa harkat dan derajat mereka lebih tinggi dalam islam. Mereka merasa lebih dihargai dan dihormati di agama ini.
Di Chicago, kajian Islam diselenggarakan di Chicago University. Dalam lembaga kajian ini dikaji tentang pemikiran Islam, bahasa Arab, naskah-naskah klasik, dan bahasa-bahasa Islam non-Arab.
Di UCLA, studi Islam dibagi menjadi bebrapa cabang ilmu. Pertama, mengenai doktrin agama Islam dalam pemikiran Islam, termasuk teks-teks klasik mengenai sejarah, hukum, dan lain-lain. Ketiga, bahasa-bahasa non-Arab yang muslim, seperti Turki, Urdu, Persia, dan sebagainya, sebagai bahasa yang dianggap telah melahirkan kebudayaan Islam. Yang keempat, ilmu-ilmu sosial, sejarah, bahasa Arab, dan sosiologi. Selain itu, terdapat suatu  kewajiban menguasai secara pasif, satu atau dua bahasa Eropa.
c.       Perkembangan Studi Islam di Jerman
Islam masuk ke daerah Jerman abad ke-8 M. Islam berkembang dengan pesat dikarenakan peranan tentara muslim melawan Napoleon, Rusia, dan Polandia. Tentara muslim tergabung dalam resimen “Towarczy”.
Puncak pekembangan Islam di Jerman tejadi pada tahun 60-an. Populasi muslim di Jerman saat ini mencapai 3,7 juta jiwa.
Pendidikan agama Islam di negara ini pun telah disetujui untuk masuk kurikulum dalam sekolah negeri. Namun, masih terdapat beberapa kendala yang terjadi. Tidak adanya organisasi Islam yang diakui pemerintah, membuat materi pelajaran agama Islam terhambat dan sulit untuk disampaikan.
Terdapat sekitar 2200 masjid dan mushollah di Jerman. Dan ada 70 masjid/mushollah di ibukotanya Berlin. Masjid di Jerman digunakan untuk berbagai kegiatan selain untuk tempat ibadah. Masjid digunakan untuk pengajian dan studi tentang pendidikan Islam.
Studi Islam (Islamic Studies) di Jerman sebagaimana dilaporkan oleh Jaques Waardenbyrg yang dikutip oleh Azim Nanji dalam Rosihon Anwar (2009:47) difokuskan pada kajian kajian tentang bahasa, budaya dan agama yang lebih dikenal dengan seminar orientalis.[4]
Tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan studi Islam generasi pertama di negara ini adalah Theodore Noldeke (1836-1930), Julius Welhausen (1844-1918) dan juga Ignaz Goldziher (1950-1921). Sedangkan, pada generasi kedua, muncul tulisan-tulisan dari eseorang yang bernama Helmut Ritter (1882-1971) tentang teks agama Islam dan juga ada karya Carl Brockelman (1868-1956) tentang sejarah teks-teks Arab.
Terdapat nama terkenal lain Hans Heinrich Schaeder (1896-1957) yang mengkaji Islam dalam kerangka yang lebih luas dari sejarah keagamaan orang-orang Timur Dekat dan sejarah duniayang tidak lagi mengikuti pola kesarjanaan yang Eurosentris.
d.      Perkembangan Studi Islam di Inggris
Awal masuknya islam di inggris melalui proses Imigrasi. Imigrasi muslim ke Inggris terjadi pada akhir abad ke-18 dan awal abad 19 melaului pendaratan para pelaut yang direkrut oleh East India Company (Perusahaan India Timur) dari Yaman, Gujarat.
      Setelah dibukanya terusan Suez pada tahun 1869 dan sejalan dengan meluasnya ekspansi kolonial Inggris, para pendatang muslim semakin banyak dan mulai membentuk pemukiman baru dikota-kota pelabuhan seperti Cardiff Shout Shields (Dekat Newcastle), London, dan Liverpool. Dinamika Perkembangan Islam Di Inggris sejak akhir Abad ke-19 dan awal abad ke-20, kaum muslim mulai menetap dan membangun komunitas di negara-negara Eropa.[5]
      Muslim Inggris pada tahun 1991 sekitar 1.200.000 orang. Kemudian Menteri dalam negeri Inggris, Jackie Smith mengumumkan bahwa jumlah kaum muslimin di Inggris pada tahun 2001 sejumlah 1,6 juta jiwa dan bertambah sedikitnya 400 ribu setelah tujuh tahun ini. Beberapa tahun ini di Inggris muncul Organisasi-organisasi keagamaan muslim di berbagai perguruan tinggi dan organisasi islam lainnya berperan mensosialkan islam melalui gerakan dakwah dan kampanye budaya yang menarik bagi rakyat inggris tentang Islam, sehingga banyak penduduk pribumi inggris yang tertarik dan kemudian memeluk agama yang penuh keberkahan ini.
Faktor penyebab Islamisasi Modern berkembang pesat di Inggris adalah:
1.      Imigrasi orang-orang Islam ke negara-negara Eropa.
2.      Peristiwa Bom Bali dan Peristiwa 11 September yang membuat kaum non muslim tertarik untuk mempelajari agama Islam.
3.      Adanya kegersangan hati orang non muslim.
4.      Muslim Inggris menikah dan memiliki banyak keturunan.
Masjid pertama yang dibangun di Inggris tepatnya di kota Woking tahun 1889 dan tahun 1940. Dalam pembangunannya pemerintah Kerajaan Inggris menyumbangkan 100.000 pounds. Masjid tersebut diberi nama Masjid Regents Park yang merupakan sebuah tanda penghargaan bagi tentara muslim yang berperang dan meninggal untuk Inggris pada Perang Dunia I. Saat ini kaum muslim di Inggris sangatlah penting bagi kehidupan politik, bisnis, dan juga sosial.
Studi Islam di negara ini digabungkan dalam School of Oriental and African Studies (Fakultas Studi Ketimuran dan Afrika) dengan berbagai jurusan dan program studi bahasadan kebudayaan di Asia dan Afrika, termasuk juga mengkaji tentang masyarakat dan budaya Islam.
Kajian mengenai Islam juga dilakukan di Universitas disana, seperti University of Cambridge dan University of Edinburgh yang didikung Pangeran Kerajaan Arab Saudi Al-Walad bin Talal. Kedua Universitas itu menerima bantuan sekitar 16 juta Poundsterling. Hal ini juga adalah salah satu upaya untuk mengembangkan Islam di Inggris.
e.       Perkembangan Studi Islam di Australia
Dewasa ini nama islam semakin banyak dibicarakan begitu pula di Australia. Di Australia mulai banyak dibuka prodi Studi Islam untuk mengimbangi minat para mahasiswa yang ingin menpelajari Islam dan Arab. Jumlah peminatnya tidak tanggung-tanggung mencapai lebih dari 200 persen sejak tahun 2008.
Salah satu tujuan mereka adalah ingin tahu nasib warisan Islam yang berada di Timur Tengah. Alasan lainnya adalah terkait dengan revolusi serta konflik yang sedang berlangsung. Bukan hanya mahasiswa muslim saja yang tertarik untuk mempelajari Studi Islam. Bahkan, veteran perang yang pernah dikirim ke Afghanistan atau Timur Tengan juga ingin mengkaji Islam dengan benar.
E.     Perkembangan Studi Islam di Asia Tenggara
Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).
Keberadaan pedagang-pedagang di Asia Tenggara ketika itu mungkin belum memberikaan pengaruh terhadap kerajaan- kerajaaan yang ada. Setelah pecahnya pemberontakan petani Cina Selatan terhadap kaisar Hi-Tsung (878-889 M) yang menyebabkan banyak orang Islam di bunuh maka mulailah mereka mencari perlindungan ke Kedah. Hal ini berarti orang Islam telah mulai melakukan politik yang tentunya banyak membawa akibat pada kerajaan di Asia Tenggara dan Cina. Syed Naguib al-attas mengatakan bahwa sejak abad VII orang Islam telah mendirikan perkampungan di Kanton dengan derajat keagamaan yang tinggi dan menyelenggarakan pemerintahan perkampungan sendiri di Kedah dan Palembang[6].
Dari keterangan diatas, masuknya islam ke Wilayah Asia tenggara diperkirakan pada abad ke 1 H/ 7 M dan berkembang pesat pada abad 13 M. Islam di Asia tenggara sangat berkembang pesat dan dapat diterima dengan baik karena dalam penyebarannya islam di Asia Tenggara menggunakan cara yang demokrasi tanpa kekerasan[7]. Islam Asia Tenggara memberikan gambaran real terhadap apa yang di sebut sebagai islam lokal, yang mencerminkan suatu pertemuan budaya, sosial, dan intelektual antara budaya lokal dan islam. Beragamnya suku bangsa dan etnis di asia tenggara memberikan gambaran nyata bagaimana islam dapat bertahan sekaligus membentuk suatu komunitas religius. Memang, keunikan islam di asia tenggara memberikan citra yang kurang jika di bandingkan dengan islam yang ada di masyarakat arab. AnthonyReid misalnya mengatakan bahwa posisi islam di asia tenggara yang lebih menonjol warna lokalnya, bahkan hingga lingua franca bagi komunikasi islam di Asia Tenggara, tidak menggunakan bahasa arab, melainkan jawi melayu membuat islam Asia Tenggara termarginalkan dari wacana islam secara menyeluruh[8].
Namun, semakin menguatnya konsep-konsep posmodernisme yang memberikan peranan besar terhadap local knowledge membuat islam di Asia Tenggara menjadi perbincangan yang hangat. Di samping itu, tentu tanggapan intelektual Muslim Asia Tenggara yang toleran menerima, bahkan tidak jarang menjadi pembela ilmu-ilmu sosial barat menempatkan islam di Asia Tenggara sebagai pusat pertemuan antara islam, budaya lokal, dan dapat di sebut modernisme. Oleh karena itu, kajian yang mendalam tentang perkembangan islam di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, yang menjadi mayoritas utama komunitas muslim di Asia Tenggara, menjadi sangat penting[9].
a.     Pusat Kajian  Islam di Asia Tenggara
Pusat kajian Islam di Asia tenggara terbagi menjadi 7 negara sebagaimana pembagian  secara geografis wilayah Asia Tenggara meliputi : Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura.
1.      Islam di Indonesia
Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat digambarkan bahwa lembaga/ sistem pendidikan Islam di Indonesia mulai dari sistem pendidikan langgar, kemudian sistem pesantren, kemudian berlanjut dengan sistem pendidikan di kerajaan-kerajaan Islam, akhirnya muncul sistem kelas.
Maksud pendidikan dengan sistem langgar adalah pendidikan yang dijalankan di langgar, surau, masjid atau di rumah guru. Kurikulumnya pun bersifat elementer, yakni mempelajari abjad huruf arab. Dengan sistem ini dikelola oleh ‘alim, mudin, lebai. Mereka ini umumnya berfungsi sebagai guru agama atau sekaligus menjadi tukang baca do’a. Pengajaran dengan sistem langgar ini dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan sorongan, yakni seorang murid berhadapan secara langsung dengan guru dan bersifat perorangan. Kedua, adalah dengan cara halaqah, yakni guru dikelilingi oleh murid-murid.
Adapun sistem pendidikan di pesantren, dimana seorang kyai mengajari santri dengan sarana masjid sebagai tempat pengajaran/ pendidikan dan didukung oleh pondok sebagai tempat tinggal santri. Di pesantren juga berjalan dua cara yakni sorongan dan halaqah. Hanya saja sorongan di pesantren biasanya dengan cara si santri yang membaca kitab sementara kyai mendengar sekaligus mengoreksi jika ada kesalahan.
Sistem pengajaran berikutnya adalah pendidikan dikerajaan-kerajaan Islam, yang dimulai dari kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Adapun materi yang diajarkan di majlis ta’lim dan halaqah di kerajaan pasai adalah fiqh mazhab Al-Syafi’i.
Pada akhir abad ke 19 perkembangan pendidikan Islam di Indonesia mulai lahir sekolah model Belanda: sekolah Eropa, sekolah Vernahuler. Sekolah khusus bagi ningrat Belanda, sekolah Vernahuler khusus bagi warga negara Belanda. Di samping itu ada sekolah pribumi yang mempunyai sistem yang sama dengan sekolah-sekolah Belanda tersebut, seperti sekolah Taman Siswa. Kemudian dasawarsa kedua abad ke 20 muncul madrasah-madrasah dan sekolah-sekolah model Belanda oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah, NU, dan Jama’at Al-Khair.
Pada level perguruan tinggi dapat digambarkan bahwa berdirinya perguruan tinggi Islam tidak dapat dilepaskan dari adanya keinginan umat Islam Indonesia untuk memiliki lembaga pendidikan tinggi Islam sejak zaman kolonial. Pada bulan April 1945 diadakan pertemuan antara berbagai tokoh organisasi Islam, ulama, dan cendekiawan. Setelah persiaapan cukup, pada tanggal 8 Juli 1945 atau tanggal 27 Rajab 1364 H bertepatan dengan Isra’ dan Mi’raj diadakan acara pembukaan resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Dari sinilah sekarang kita mengenal UII, IAIN, UIN, dan STAIN.
Dalam buku Indonesia karya Mahmud Syakir disebutkan bahwa Indonesia terdiri dari kumpulan pulau yang jumlahnya terbanyak di dunia (lebih dari 13.600 pulau) dihubungkan dengan dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.Juga dihubungkan oleh setengah bola dunia utara dan selatan.Luas wilayah ini mencapai 1.919.440 km2, letaknya di Asia Tenggara.Pulau-pulau terbesar adalah Sumatera, Jawa, Irian, dan Borneo (Kalilmantan).
Dari segi jumlah penduduk, negeri ini menempati urutan keempat terbanyak di dunia, setelah China, India dan Amerika Serikat tapi urutan pertama pada tingkat dunia Islam.Mayoritas mereka berasal dari Melayu dan China. Presentase kaum muslim di negeri ini mencapai 89 % (sebagian besar adalah pengikut Sunni), juga terdapat sedikit Nasrani, Hindu dan Budha[10]. Sebanyak 12,9 persen dari total Muslim dunia hidup di Indonesia.[11]
2.      Islam di Brunei Darussalam
Brunei Darussalam memperoleh kemerdekaan penuhnya pada tanggal 1 januari 1984. Penduduk negara ini terdiri dari 65% suku melayu, 25% keturunan cina dan sisanya kelompok pribumi kalimantan. Beberapa sumber menyatakan bahwa agama islam masuk ke negara ini pada abad ke-15, dan sejak itu negara ini berubah menjadi kesultanan Islam. Agama resminya juga Islam dan tradisi keislaman juga dijaga sangat baik sampai sekarang.Dari segi politik situasi di negara ini terbilang tenang dan stabil karena ukuran negara ini kecil. Dan sebagai agama resmi negara islam mendapatkan perlindungan dari negara. Dominasi keluarga kerajaan di bidang pemerintahan dan tidak adanya demokrasi politik memungkinkan pemerintah memberlakukan kebijakan di bidang agama dan bidang lainnya tanpa banyak kesulitan.[12]
3.      Islam di Filipina
Islam tersebar di wilayah ini pada abad ke-6 H/12 M. Saat itu penjajah Portugis telah sampai di wilayah ini. Kemudian disusul oleh Belanda dan Inggris yang datang pada tahun 1211H/1796 M. Terjadilah perlawanan dan revolusi di negeri ini sejak tahun 1305 H. Negeri ini berada dibawah perlindungan Inggris sejak tahun 1367 H/ 1947 M, dan mengumumkan diri sebagai negara republic yang merdeka pada tahun 1385 H/ 1965 M. Adapun di Filiphina, Islam tersebar hampir mencapai seluruh kepulauannya, pula telah berdiri pemerintahan Islam. Akan tetapi, munculah arus pemiliran keagamaan yang dibawa oleh penjajah Spanyol yang amat dibenci.Pada tahun 928 H/ 1521 M, secara mendadak Spanyol menyerbu kepulauankepulauan Filipina. Mereka datang denagn membawa seluruh dendam orang-orang salib terhadap kaum muslimin,. Maka, situasi di Filipina saat itu hamper sama denagn situasi yang dialami oleh Islam Andalusia. Penjajah Spanyol berada di Filiphina ini hingga tahun 1316 H/ 1898 M. Selama masa yang hampir mencapai 4 abad, telah terjadi upaya penjauhan ajaran Islam dari generasi kaum muslim secara berturut-turut lewat jalan peperangan yang menghancurkan kaum muslimin dan memaksa mereka untuk memeluk agama Nasrani denagn ancaman kekerasan.
Sekalipun demikian, mereka tidak juga mampu mengalahkan pemerintahan-pemerintahn Muslim, sehingga disana masih tersisa beberapa pemerintahan.Spanyol belum berhasil sepenuhnya menguasai Filipina khususnya kepulauan Mindanao dan Sulu. Amerika Serikat kemudian menguasai kepulauan Filipina pada tahun 1317 H/1899 M. Maka timbulah perlawanan menentanganya dan berlangsung hingga tahun 1339 H/ 1920 M. Setelah itu kaum Muslimin menyerah, karena mereka tealh ditimpa penyakit “wahn”(penyakit cinta dunia dan takut mati). Kemudian tersebarlah berbagai penyakit, kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan diantara mereka.Pada saat itulah orang-orang salib menawarkan berbagai bantuan, hingga akhirnya Islam surut kembali di negeri itu. Amerika lalu mengumumkan kemerdekaan bagi Filipina pada tahun 1366 H/ 1946 M. Sekarang ini Islam hanya tinggal ada di 13 wilayah di selatan filipina, yang sampai saat ini masih tetap menuntut pemerintahan otonomi dengan segala upayanya.
4.      Islam di Malaysia
Hipotesis telah ditemukan bahwa islam datang pertama kali sekitar abad ke-8 H (14 M, dikatakan demikian karena terdapat penemuan Batu bersurat di Trengamu yang bertanggal 702H/ 1303 M). Batu bersurat tersebut ditulis dengan bahasa Arab. Pada sebuah sisi memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah . Dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Malaysia pada abad ke-10 M. Sebagaimana diketahui secara umum, sebelum Islam dating ke tanah Melayu. Orang-orang Melayu adalah penganut Animisme, Hinduisme, dan Budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya, Islam secara berangsur-angsur mulai diyakini dan diterima sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu Nusantara.[13]
5.      Islam di Thailand
Islam di Muangthai adalah agama minoritas hanya 4 %, selain itu masyarakat Muangthai menganut agama Budha dan Hindu.Orang Melayu Muslim merupakan golongan minoritas terbesar ke-dua di Muangthai, sesudah golongan Cina.Mereka tergolong Muslim Sunni dari madzab Syafi’I yang merupakan madzab paling besar dikalangan umat Islam di Muangthai.Ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu perasaan keterasingan dikalangan mereka terhadap lembaga-lembaga sosial, budaya, dan politik Muangthai.Sejak bangsa Muangthai untuk pertama kali menyatakan daerah itu sebagai wilayah yang takluk kepada kekuasaannya.
Pada akhir abad ke-13 orang Melayu Muslim terus-menerus memberontak terhadap kekuasaan Muangthai.Keinginan mereka adalah untuk menjadi bagian dari Dunia budaya Melayu Muslim dengan pemerintahan otonom.Akhirnya keinginan yang tak pernah mengendor itu pudar dalam sejarah, dan ciri-ciri sosial ekonomi dan budaya mereka telah membuat mereka sadar bahwa mereka hanyalah kelompok kecil yang mempunyai identitas terpisah dari bagian utama penduduk Negeri Muangthai.Masyarakat Muslim di Muangthai sebagian besar berlatar belakang pedesaan. Dan Perkembangan Islam di Muangthai telah banyak membawa peradaban-peradaban.
6.      Islam di Singapura
Komunitas muslim di Singapura terdiri dari 2 kelompok, yaitu migran dari wilayah indonesia dan migran dari luar wilayah indonesia (India dan Arab). Studi islam di Singapura telah lama berkembang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti muslim. Selanjutnya, disebutkan bahwa etnis melayu merupakan komunitas muslim terbesar di Singapura. Tapi berdasarkan hasil sensus tahun 1980 yang menyatakan bahwa orang-orang muslim Singapura tertinggal dari etnis lain dalam bidang sosial ekonomi, maka lembaga-lembaga muslim memberikan motivasi untuk meningkatkan pendidikan dan berkompetensi secara profesional.
Dari gerakan tersebut muncullah beberapa profesional muslim seperti Maarof Saleh (Presiden Himpunan Belia Islam), Dr. Muhd. Hussain Muthalib (Direktur Eksekutif MUIS dan Dosen University of Singapore) dan Ridwan Abdullah (Presiden The Muslem Convert Assosiation Darul Arqam). Sedangkan dalam bidang pendidikan, pada tahun 1981 ini didirikan sebuah lembaga yang bergerak pada permasalahan pendidikan anak muslim (MENDAKI) dan mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. Keberadaan lembaga ini juga mempercepat lahirnya karya-karya yang terkait dengan pendidikan bagi kaum minoritasmuslim di Singapura.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun Ar-Rosyid (170-193). Karena beliau adalah ahli ilmu pengetahuan dan mempunyai kecerdasan serta didukung Negara dalam kondisi aman, tenang dan dalam masa pembangunan sehingga dunia Islam pada saat itu diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Perkembangan studi Islam di negara-negara Barat sungguh di luar dugaan. Setelah adannya berbagai kegiatan terorisme yang mengatasnamakan agama Islam membuat citra Islam menjadi agama yang begitu dekat dengan kekerasan. Namun, justru karena hal iniyang membuat para warga non muslim merasa penasaran dengan kebenaran dalam agama Islam. Setelah mengenal Islam justru banyak dari mereka yang malah masuk ke agama Islam.
Sedangkan, di Asia Tenggara lebih mudah dalam mendalami studi Islam. Dikarenakan, banyaknya saudagar Arab dan Gujarat yang sering berdagangke daerah Asia Tenggara sehingga mereka juga menyebarkan agama Islam di daerah tempat ia berdagang. Begitu pun perkembangan studi Islam, karena agama Islam berkembang dengan baik studi tentang agama Islam juga berkembang dengan baik di Asia Tenggara.




DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, Ahmad Dede dan Gunawan, Heri, Studi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015),
Dudung Abdurrahman. Sejarah Peraadaban Islam: dari masa klasik hingga modern. Yogyakarta: Jurusan SPI fak. Adab Sunan Kalijaga bekerjasama dengan LESFI YOGYAKARTA.cet. Ke-1, 2003.
Jamhari Ma’ruf, Pendekatan Antropologi dalam Kajian Islam, diambil dari http://www.ditpertais.net/jamhari01.asp
Ahmad al-‘Usairy. Sejarah Islam. Jakarta: AKBAR MEDIA. Cet. 11, November 2012. (Penerjemah: Samson Rahman).


[1] Ghazali, Ahmad Dede dan Gunawan, Heri, Studi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), hal 52
[2] Ibid, hal 52
[3] Ibid, hal 52
[4] Ibid, hal 57
[5] Ibid, hal 57
[6] Dudung Abdurrahman. Sejarah Peraadaban Islam: dari masa klasik hingga modern. Yogyakarta: Jurusan SPI fak. Adab Sunan Kalijaga bekerjasama dengan LESFI YOGYAKARTA.cet. Ke-1, 2003. Hlm. 375-376.
[8]Jamhari Ma’ruf, Pendekatan Antropologi dalam Kajian Islam, diambil dari http://www.ditpertais.net/jamhari01.asp
[9]  Ibid.
[10] Ahmad al-‘Usairy. Sejarah Islam. Jakarta: AKBAR MEDIA. Cet. 11, November 2012. Hlm. 508 (Penerjemah: Samson Rahman).
[11] Ibid