Kamis, 13 September 2018

MAKALAH KESEIMBANGAN PASAR UANG DAN AGREGAT DEMAND (AD) DAN AGREGAT SUPPLY (AS)



MAKALAH

KESEIMBANGAN PASAR UANG DAN AGREGAT DEMAND (AD) DAN AGREGAT SUPPLY (AS)
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Ekonomi Makro

Dosen Pengampu:
Alifah Rokhmah Idialis, SE, M.Sc



Disusun oleh:
Elina Fatmawati        (150721100053)
Ahmad Fauzi             (150721100123)
Zakiyatur Rahmah     (150721100126)
Rahila Amanatul U.  (150721100139)


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (A)
FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Tahun Pelajaran 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keseimbangan Pasar Uang dan Agregat Demand (AD) dan Agregat Supply (AS) ” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang wajib ditempuh untuk melengkapi salah satu materi dalam mata kuliah Teori Ekonomi Makro. Makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu tambahan bagi para pembaca khususnya dalam bidang ekonomi.
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Alifah selaku Dosen mata kuliah Teori Ekonomi Makro dan terima kasih kepada teman – teman yang membantu penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Bangkalan, 1 Juni 2017



Penyusun






DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Analisis Keynesian.......................................................................................... 2
2.2 Kurva Permintaan Agregat (AD).................................................................... 4
2.3 Kurva Penawaran Agregat (AS)..................................................................... 7
2.4 Keseimbangan Kurva Permintaan-Penawaran Agregat (AD-AS).................. 10

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Dalam analisis AD-AS itilah penawaran agregat mempeunyai pengertian yang sedikit berbeda. Pertama, dalam analisis AD-AS penawaran agregat diartikan sebagai penawaran barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu negara.
Berarti penawaran agregat sama dengan barang dan jasa yang ditawarkan (diproduksikan) perusahaan-perusahaan dalam perekonomian. Perbedaan lainnya, yang merupakan perbedaan yang lebih penting, bersumber dari ciri pokok konsep tersebut. Dalam analisis AD-Asciri penawaran agregat dikaitkan dengan tingkat harga.
Kurva AS menerangkan tentang pendapatan nasional yang akan diwujudkan perusahaan-perusahaan pada berbagai tingkat harga.
Istilah permintaan agregat merupakan konsep yang baru. Permintaan agregat dapat didefinisikan sebagai tingkat pengeluaran yang akan dilakukan dalam ekonomi pada berbagai tingkat harga.
Dari sifat-sifat permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS) seperti yang diterangkan di atas dapatlah disimpulkan bahwa nalisis AD-AS merupakan analisis keseimbangan ekonomi negara dalam keadaan harga yang mengalami perubahan.
1.2    Rumusan Masalah
a.         Bagaimana analisis permintaan agregat?
b.        Bagaimana analisis penawaran agregat?
c.         Bagaimana analisis keseimbangan permintaan dan penawaran agregat?
1.3    Tujuan Masalah
a.         Untuk mengetahui bagaimana analisis agregat.
b.        Untuk mengetahui analisis penawaran agregat.
c.         Untuk mengetahui analisis keseimbangan permintaan dan penawaran agregat.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Analisis Keynesian
a.         Pandangan Keynes : Permintaan Efektif dan kegiatan Ekonomi
Buku Keynes yang dinyatakan di atas mengkritik keyakinan Klasik bahwa (i) dalam ekonomi tidak terdapat kekurangan permintaan agregat dan oleh karena itu  (ii) ekonomi selalu mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Dalam buku tersebut Keynes berpendapat :  (i)Tingkat permintaan efektif (effective demand)- yaitu pengeluaran agregat (permintaan efektif pada harga tetap) dan permintaan agregat (permintaan efektif pada berbagai harga) akan menentukan sejauh mana produksi nasional akan diwujudkan dalam ekonomi kesempatan kerja akan dicapai, (ii) Dalam perekonomian, kesempatan kerja penuh tidak akan selalu dapat dicapai. Yang kerap berlaku adalah masalah pengangguran. Sesuai dengan pandangan Keynes ini, seperti telah diterangkan dalam Bab Tiga hingga Bab Enam, analisis “keynesian sederhana” memperhatikan tentang bagaimana pengeluaran agregat yang berlaku dalam masyarakat akan menentukan kegiatan keseluruhan ekonomi dan pendapatan nasional. Dengan memisalkan harga harga tidak mengalami perubahan, analisis tersebut menunjukkan bagaimana keseimbangan pendapatan nasional dicapai. Keseimbangan itu akan menentukan pendapatan nasional yang diwujudkan dalam perekonomian dan tingkat kesempatan kerja yang dicapai.
b.        Pandangan Keynes : Uang dan Kegiatan Ekonomi
Buku The General Theory of Employment Interest and Money juga membahas mengenai peranan uang dalam kegiatan ekonomi. Ahli-ahli ekonomi Klasik berpendapat: “Money is neutral” atau “uang adalah netral”. Maksudnya : Uang tidak dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik,seerti telah diterangkan sebelum ini, kesempatan kerja penuh selalu dicapai. Dalam keadaan seperti ini pendapatan nasional tidak dapat ditambah. Apabila jumlah uang dalam ekonomi bertambah, menurut ahli ahli ekonomi klasik, perubahan ini tidak dapat menaikkan pendapatan nasional. Pertambahan tersebut hanya akan meningkatkan harga-harga barang dalam pereokonomian. Pandangan ini dinamakan teori kuantitas.
Teori Keynes mengenai peranan uang dalam kegiatan ekonomi sangat berbeda dengan pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik. Bagi Keynes uang tidak netral. Artinya:perubahan-perubahan  jumlah uang dalam ekonomi dapat mempengaruhi kegiatan perekonomiannya. Perbedaan pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik dengan Keynes mengenai peranan uang dalam kegiatan ekonomi dan tingkat harga dapat dibedakan kepada dua aspek: (i) perbedaan pandangan dalam penentuan suku bunga, dan (ii) perbedaan pandangan mengenai efek perubahan jumlah uang dalam ekonomi (atau jumlah penawaran uang) kepada kegiatan ekonomi.
Penentuan Suku Bunga Teori loanable fund atau dana dapat-pinjam menerangkan pandangan Klasik mengenai penentuan suku bunga. Teori tersebut (telah diterangkan dalam Bab Tiga) menerangkan suku bunga ditentukan oleh tabungan yang tersedia dalam masyarakat dana modal untuk investasi. Kedua faktor tersebut ditentukan oleh suku bunga. Maka perubahan tabungan dan perubahan permintaan dana modal akan menimbulkan perubahan kepada suku bunga. Keynes mengkritik pandangan ini. Menurut Keynes suku bangsa ditentukan oleh penawaran uang dan permintaan uang. Persoalan ini telah disinggung dalam Bab Tiga dan akan dibicarakan dengan lebih mendalam di Bab Sembilan.
Uang dan Kegiatan Ekonomi Telah diterangkan bahwa ahli-ahli ekonomi Klasik berpendapat uang tidak dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi dan produksi nasional. Ini disebabkan karena kesempatan kerja penuh sudah dicapai. Keynes, yang berkeyakinan bahwa kesempatan kerja penuh jarang dapat dicapai, berpendapat bahwa perubahan jumlah uang akan dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Hubungan antara perubahan jumlah uang dengan kegiatan ekonomi akan melalui proses berikut
1.        Perubahan jumlah uang akan memengaruhi suku bunga. Apabil jumlah uang bertambah suku bunga akan turun.
2.        Penurunan suku bunga menambah investasi dalam perekonomian.
3.        Pertambahan dalam investasi akan menambah pengeluaran agregat dan selanjutnya pertambahan pengeluaran agregat ini akan menambah pendpatan nasional.
c.         Pandangan Pokok Teori  Makroekonomi Keynesian
Apabila diperhatikan dengan lebih teliti mengenai pandangan yang terkandung dalam teori makroekonomi Keynesian atau Keynesian macroeconomics, secara kasarnya pandangan tersebut meliputi tiga aspek berikut : (a) peranan pengeluaran agregat, (b) penentuan suku bungan dan peranan uang, dan (c) peranan pemerintah dalam menentukan tingkat kegiatan ekonomi dalam suatu tahun tertentu.
Peranan pengeluaran agregat Analisis ini menunjukkan bahwa pengeluaran agregat- dan bukan faktor faktor pengeluaran yang tersedia, yang akan menentukan sejauh mana kegiatan ekonomi, pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan diwujudkan dalam suatu waktu atau tahun tertentu. Analisis ini dinamakan analisis Keynesian sederhana atau Simple Keynesian. Dinamakan sedemikian oleh karena analisinya belum memperhatikan dua faktor : (a) efek dari perubahan suku bunga, dan (b) efek perubahan tingkat harga, kepada kegiatan ekonomi dalam suatu negara.
Analisi Keynes merupakan analisis jangka pendek yang memperhatikan perubahan kegiatan ekonomi sebagai akibat dari perubahan pengeluaran agregat. Dalam analisis itu tidak diperhatikan mengenai perkembangan teknologi dan perubahan kualitas faktor faktor produksi. Jumlah dan kualitas faktor faktor produksi dianggap tetap. Oleh sebab itu dalam analisis tersebut terdapat pertalian yang erat di antara pengeluaran agregat dengan kegiatan ekonomi, produksi nasional dan tingkat kesempatan kerja. Apabila pengeluaran agregat bertambah maka kegiatan ekonomi, produksi nasional dan kesempatan kerja akan meningkat. Peningkatan kesempatan kerja akan mengurangi pengangguran.
2.2    Kurva Permintaan Agregat (AD)
Dalam memahami kurva AD perlu dipelajari terlebih dahulu tentang cara menerbitkan kurva AD. kenaikan harga menyebabkan nilai riil pengeluaran agregat merosot dan menuru kenaikan harga menyebabkan nilai riil pengeluaran agregat merosot dan menurunkan pendapatan nasional riil pada keseimbangan. Berdasarkan kepada peristiwa ini, dapat ditunjukkan dua hal berikut:[1]
a.         Efek kenaikan harga atas keseimbangan pendapatan nasional.
b.        Cara mewujudkan kurva permintaan agregat.
Kurva AD dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi (atau kurva) yang menggambarkan hubungan antara tingkat harga dengan jumlah pengeluaran agregat yang akan dilkukan dalam perekonomian.
Dari definisi tersebut dapatlah sekarang dengan jelas dipahami perbedaan arti konsep pengeluaran agregat dan permintaan agregat. Pengeluaran agregat berlaku pada harga tetap, sedangkan permintaan agregatberlaku pada bunga yang berubah.
Gambar 2.2.1 Kurva AD
Selain itu perlu dipahami juga sifat dari kurva AD, yakni sebagai berikut:
1.        Tingkat Harga dan Pengeluaran Rumah Tangga
Dalam suatu waktu tertentu tingkat pendapatan nominal masyarakat adalah tetap. Tingkat gaji dan upah dan jumlah kesempatan kerja akan menentukan jumlah pendapatan yang diterima masyarakat pada suatu waktu tertentu. Apabila tingkat harga berbeda, daya beli  pendapatan yang diperoleh itu adalah berbeda. Semakin rendah tingkat harga, semakin banyak barang dan jasa yang dapat dibeli. Dengan kata lain: nilai riil pengeluaran agregat akan semakin meningkat apabila tingkat harga semakin rendah.
2.        Tingkat Harga, Suku Bunga dan Investasi
Pada umumnya terdapat perkaitan yang cukup rapat diantara perubahan tingkat harga dengan suku bunga. Apabila harga adalah stabil, atau tingkat inflasi rendah, suku bunga cenderung akan berada pada tingkat yang rendah. Semakin tinggi inflasi, suku bunga cenderung akan menjadi semakin tinggi. Pemilik modal akan berusaha untuk memperoleh suku bunga riil yang tetap besarnya danini dilakukan dengan menuntut suku bunga nominal yang lebih tinggi pada waktu inflasi yang semakin cepat.
Terdapat perkaitan yang rapat pula di antara suku bunga dengan investasi, yaitu semakin tinggi suku bunga akan menyebabkan penurunan dalam investasi. Kemerosotan investasi menyebabkan pengurangan pengeluaran agregat. Dengan demikian kenaikan harga akan menimbulkan proses perubhan berikut: (a) harga naik menyebabkan suku bunga naik, (b) suku bunga naik menyebabkan investasi turun, dan (c) investasi yang merosot menyebabkan pengeluaran agregat dan pendapatan nasional riil merosot.
3.        Tingkat Harga, Ekspor, Impor
Secara umum dapatdikatakan: (a) apabila barang-barang dalam suatu negara adalah relatif lebih murah, ekspor akan meningkat, dan impor berkurang dan sebaliknya. (b) apabila barang-barang dalam satu negara adalah relatif lebih mahal ekspor akan merosot dan impor meningkat.berdasarkan sifat ini dapat disimpulkan:
a)         Kenaikan harga akan menurunkan ekspor neto (ekspor dikurangi impor)
b)        Pengurangan ekspor neto akan menurunkan pengeluaran agregat dan pendapatan nasional riil.
Pembahasan terakhir mengenai kurva AD adalah perpindahan kurva permintaan agregat AD. Dari uraiuan yang telah ada di atas dapar dibuat dua rumusan sebagai berikut:
i.           Pertambahan dalam komponen pengeluaran agregat—kecuali impor, yaitu pertambahan C,I,G dan X, akan menambah pengeluaran agregat dan pendapatan nasional.
ii.         Pertambahan dalam bocoran, yaitu pertambahan S,T danM akan mengurangi pengeluaran agregat.[2]
2.3    Kurva Penawaran (AS)
Pembahasan pertama yakni ciri-ciri kurva AS sebagai berikut:
a)        Pada ketika pengangguran masih tinggi,kurva penawaran agregat AS relatif landai. Maksudnya, penambahan produksi nasional dapat dilakukan perusahaan-perusahaanpada harga yang relatif tetap karena (a) tingkat penggunaan barang modal belum mencapaikapasitasnya yang optimum, dan (b) upah masih relatif tetap. Tahap ini dicapai pada bagian AB dari kurva AS.
b)        Dari titik B hingga C—yaitu titik pada garis tegak pada tingkat kesempatan kerja penuh, kurva AS bertambah tingkat kenaikannya. Sebabnya adalah: pengangguran sudah semakin merosot dan kapasitas pabrik-pabrik sudah mencapai optimum.
c)        Sesudah tingkat kesempatan kerja penuh kurva AS keadaannya semakin tegak.
Kurva penawaran agregat AS adalah suatu kurva yang berbentuk melengkung dari kiri-bawah ke kanan-atas dengan tingkat kelengkungan yang semakin lama semakin tinggi.
Kurva penawaran agregat pada hakikatnya menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat harga yang berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi riil (atau pendapatan nasional riil) yang akan ditawarkan dan diproduksi oleh semua perusahaan dalam sesuatu perekonomian. Bentuknya yang melengkung ke atas berarti: semakin tinggi tingkat harga umum, semakin banyak output nasional yang akan diproduksikan oleh perusahaan-perusahaan dalam perekonomian. Uraian berikut menerangkan faktor-faktor utama yang menyebabkan bentuk kurva AS yang demikian.
Gambar 2.3.1 Kurva Penawaran Agregat AS
Berikut adalah faktor yang mempengaruhi bentuk kurva AS:
a.         Efek Hukum Hasil Tambahan yang Semakin Berkurang
b.        Pasaran Tenaga Kerja dan Kurva Penawaran Agregat
c.         Tingkat pengangguran dan Tingkat Kenaikan Upah
Hubungan antara tingkat pengangguran dan tingkat kenaikan upah dapat dilihat melalui kurva Phillips. Pengertian dari kurva Phillips yaitu suatu kurva yang menerangkan ciri perhubungan berikut: (a) perhubungan di antara tingkat kenaikan upah dan tingkat pengangguran, (b) perhubungan di antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.[3]
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan bahawa apabila tingkat pengangguran naik maka tingkat kenaikan upah menurun sementara itu apabila tingkat pengangguran turun maka yang terjadi adalah tingkat kenaikan upha meningkat.
Dari analisis di atas maka dapat menimbulkan implikasi mengenai bentuk kurva penawaran agregat  AS. Berdasarkan kurva Phillips terhadap kurva penawaran agregat bahwa semakin tinggi kesempatan kerja maka semakin tinggi pula tingkat upah yang ada. Apabila tingkat kesempatan kerja tinggi maka tingkat penganggruan yang ada rendah sehingga tingkat kenaikan upah akan sangat cepat.
Gambar 2.3.2 Menentukan Bentuk Kurva Penawaran Agregat
Kesempatan kerja yang tinggi menyebabkan upah yang semakin naik yang akan langsung berdampak pada biaya produksi yang akan dikeluarkan makan produsen akan meningkatkan harga jual barang yang akan diproduksinya. Dapat disimpulkan bahwa apabila kesempatan kerja tinggi maka harga di pasar juga akan naik. Di sisi lain maka pendapatan nasional riil akan naik dikarenakan kesempatan kerja yang tinggi.
Selanjutnya akan dibahas tentang perpindahan Kurva AS, berikut adalah perpindahannya dan penyebabnya:
Gambar 2.3.3 Perpindahan Kurva AS
1.        Perpindahan Kurva AS ke atas/ke kiri
Terdapat dua faktor yang menyebabkan perpindahan kurva AS ke atas atau ke kiri. Yang pertama yakni harga bahan mentah meningkat atau biaya lain meningkat. Dengan tingkat bahan baku mentah yang naik maka biaya produksi akan naik dan menyebabkan tingkat harga akan naik. Selain disebabkan kenaikan harga bahan mentah perpindahan ini juga dapat disebabkan oleh kenaikan biaya listrik dan air, biaya angkut, dll yang merupakan biaya produksi. Kenaikan upah tenaga kerja merupakan faktor kedua pergeseran kurva AS. Kenaikan upah tenaga kerja yang tidak dibarengi dengan kenaikan produktivitas maka akan menaikkan biaya produksi sehingga harga akan naik dengan tingkat pendapatan riil yang sama.
2.        Perpindahan Kurva AS ke bawah/ke kanan
Faktor pertama yakni perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat banyak mesin yang lebih efektif dan efisien dalam memproduksi suatu barang. Dengan adanya hal tersebut maka dapat menekan biaya produksi yang ada yang secara langsung akan menurun kan besarnya harga per unit barang tersebut. Faktor kedua yakni perkembangan infrastruktur. Dengan perkembangan yang ada maka pendistribusian barang yang telah diproduksi akan menjadi semakin cepat dan mudah. Hal tersebut dapat mengurangi biaya yang haruys dikeluarkan ketika mendirikan usaha juga berkaitan dengan biaya angkut yang semakin rendah. Seperti faktor pertama, biaya yang minim tersebut dapat mneybabkan penurunan biaya produksi maka harga yang ada pun akan turun. Ketiga yakni, pajak, izin usaha dan administrasi pemerintah. Dengan mudahnya izin usaha serta administrasi yang disediakan oleh pemerintah maka biaya produksi yang ada akan turun  dan berakibat pada harga yang turun pula.
2.4    Keseimbangan Permintaan-Penawaran Agregat (AD-AS)
Keseimbangan permintaan penawaran agregat (AD-AS) sering juga disebut sebagai keseimbangan makroekonomi. Hal tersebut dikarenakan dalam keseimbangan ini mencantumkan analisis perubahan harga dalam analisisnya.
Keseimbangan tersebut akan tercapai apabila suatu produsen mencapai situasi dimana ia tidak akan menambah maupun mengurangi jumlah output yang diproduksinya. Berikut adalah kurva keseimbangan AD-AS:
Gambar 2.4.1 Keseimbangan Makroeknomi (Keseimbangan AD-AS)
Keseimbangan AD-AS itu dapat berubah dengan adanya berbagai penyebab mulai dari sisi permintaan, penawaran, maupun keduanya. Pertama yakni perubahan kurva AD. Perubahan dalam permintaan agregat yang tidak diiukti oleh perubahan penawaran agregat akan menimbulkan perubahan harga dan pendapatan nasional riil ke arah yang bersamaan, yaitu keduanya meningkat atau justru keduanya merosot.[4]
Kedua yakni perubahan kurva AS. Analisis mengenai perubahan kurva penawaran agregat AS menunjukkan bahwa perubahan tersebut akan mengakibatkan perubahan harga dan pendapatan nasional riil ke arah yang bertentangan.
Ketiga yakni perubahan kurva AD-AS. Ketika jumlah penawaran naik dari E0 ke E1 yakni AS1. Efek pertama yang dirasakan yakni harga naik dan pendapatan nasional menurun. Perubahan tersebut akan membuat kurva Ad juga bergeser menjadi AD1. Terbentuklah keseimbangan baru di E2.
Gambar 2.4.2 Efek Perubahan Kurva AD atau AS ke kiri
Dimisalkan pemerintah melakukan langkah memperbaiki infrastruktur, menurunkan berbagai pajak yang harus dibayar perusahaan-perusahaan dan lain-lain. Hal tersebut membuar AS menjadi AS1. Efeknya harga menurun dan pendapatan nasional akan naik. Peningkatan pendapatan nasional akan meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan permintaan Agregat dari AD menjadi AD1 dimana keseimbangan baru terbentuk yakni pada E2.
Gambar 2.4.3 Efek Perubahan Kurva AD atau AS ke kanan





BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Kurva AD dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi (atau kurva) yang menggambarkan hubungan antara tingkat harga dengan jumlah pengeluaran agregat yang akan dilkukan dalam perekonomian.
Dari definisi tersebut dapatlah sekarang dengan jelas dipahami perbedaan arti konsep pengeluaran agregat dan permintaan agregat. Pengeluaran agregat berlaku pada harga tetap, sedangkan permintaan agregatberlaku pada bunga yang berubah.
Kurva penawaran agregat AS adalah suatu kurva yang berbentuk melengkung dari kiri-bawah ke kanan-atas dengan tingkat kelengkungan yang semakin lama semakin tinggi.
Kurva penawaran agregat pada hakikatnya menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat harga yang berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi riil (atau pendapatan nasional riil) yang akan ditawarkan dan diproduksi oleh semua perusahaan dalam sesuatu perekonomian. Bentuknya yang melengkung ke atas berarti: semakin tinggi tingkat harga umum, semakin banyak output nasional yang akan diproduksikan oleh perusahaan-perusahaan dalam perekonomian.
Keseimbangan permintaan penawaran agregat (AD-AS) sering juga disebut sebagai keseimbangan makroekonomi. Hal tersebut dikarenakan dalam keseimbangan ini mencantumkan analisis perubahan harga dalam analisisnya.
Keseimbangan tersebut akan tercapai apabila suatu produsen mencapai situasi dimana ia tidak akan menambah maupun mengurangi jumlah output yang diproduksinya.




DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono.2013. Makroekonomi; Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Press.
 Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi; Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.


[1] Sadono Sukirno, Makroekonomi; Teori Pengantar, Edisi Ketiga, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), 236.
[2] Ibid, 238-239.
[3] Ibid,245
[4] Ibid, 253.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar