Kamis, 13 September 2018

MAKALAH PERSEPSI DAN PROSES BELAJAR KONSUMEN


 


MAKALAH

PERSEPSI DAN PROSES BELAJAR KONSUMEN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Perilaku Konsumen


Dosen Pengampu:
Mashudi, S.HI., M.EI.



Disusun oleh:
Desi Ismi Rojasari     (150721100006)
Istiqomah                  (150721100015)
Zakiyatur Rahmah     (150721100126)


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (A)
FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Tahun Pelajaran 2017/2018
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Persepsi dan Proses Belajar Konsumen ” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang wajib ditempuh untuk melengkapi salah satu materi dalam mata kuliah Analisis Perilaku Konsumen. Makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu tambahan bagi para pembaca khususnya dalam bidang ekonomi.
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Mashudi S,HI.M,EI selaku Dosen mata kuliah Analisis Perilaku Konsumen dan terima kasih kepada teman – teman yang membantu penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Bangkalan, 12 Oktober 2017



Penyusun






DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Presensi dan proses Belajar Konsumen......................................... 2
2.2 Proses Belajar Kognitif dan Belajar Perilaku.................................................. 5
2.3 Proses Belajar Classical Conditioning............................................................. 6
2.4 Proses Belajar Instrumen................................................................................. 7
2.5 Terbentuknya Persepsi Oleh Konsumen.......................................................... 7

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Pemasaran memiliki peranan penting bagi perusahaan. Untuk menghasilkan laba bagi perusahaan, bagian pemasaran dituntut sukses menyampaikan produk ke tangan konsumen, apa yang mereka inginkan berpengaruh dalam memutuskan untuk mengambil suatu produk yang dihasilkan perusahaan.
Mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk memerlukan kualitas produk yang mendukung yang sesuai dengan selera konsumen. oleh sebab itu, perusahaan harus memahami dan mengerti keinginan konsumen dan memprediksi apa yang diiginkan oleh konsumen. Kajian perilaku konsumen dapat menjadi bahan strategi pemasaran yang akan digunakan perusahaan.
Pembelajaran merupakan aktifitas manusia yang berlaku sepanjang hidupnya, termasuk perilaku konsumsi merupakan hasil dari proses pembelajaran. Pembelajaran konsumen menjadi segment yang menarik untuk dipelajari. Membentuk sebuah karaktter dari sebuah produk yang valuenya berbeda dengan produk sejenisnya. Untuk itu proses belajar konsumen perlu dipelajari karena untuk membantu kita agar dapat memasarkan produk kepada konsumen.
1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian persepsi dan proses belajar konsumen?
2.      Bagaimana proses belajar kognitif dan perilaku?
3.      Bagaimana proses belajar classical conditioning?
4.      Bagaimana proses belajar instrumental?
5.      Bagaimana terbentuknya persepsi oleh konsumen?
1.2    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian persepsi dan proses belajar konsumen.
2.      Untuk mengetahui proses belajar kognitif dan perilaku.
3.      Untuk mengetahui proses belajar classical conditioning.
4.       Untuk mengetahui proses belajar instrumental.
5.      Untuk mengetahui terbentuknya persepsi oleh konsumen
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Persepsi dan Proses Belajar Konsumen
2.1.1        Pengertian Persepsi Konsumen
Konsumen (Ujang, 2002) merupakan setiap penduduk atau individu yang melakukan kegiatan konsumsi. Sementara Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli menjadi informasi yang dapat memberikan suatu gambaran mengenai sesuatu yang bermakna (Schiffman dan Kanuk, 2007)  lihat di (Bunga Geofany Frederica dan Chairy, 2010).
Menurut Solomon, persepsi merupakan suatu proses dimana adanya sensasi-sensasi atau kejadian-kejadian yang diseleksi, diorganisasi dan diinterprestasikan oleh konsumen itu sendiri (Rini Dwiastuti, dkk, 2012)
Persepsi konsumen (Rini Dwiastuti, dkk, 2012) merupakan salah satu tahapan dalam proses kognisi yang dilalui konsumen, dimulai dari semua stimulus diterima hingga stimuus tersebut dimasukkan ke dalam memory dan dapat dipergunakan kembali untuk memberikan gambaran/persepsi yang lebih baik mengenai suatu produk/jasa kepada konsumen.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi konsumen adalah suatu gambaran konsumen terhadap produk jasa atau pun barang yang ditawarkan oleh seorang produsen.[1]
Produsen lah yang akan memberikan gambaran atas barang atau jasa yang ia produksi melalui penjabaran (exposure), ketika hal tersebut menarik maka seorang konsumen akan tertarik sehingga ia dapat membayangkan produk yang ditawarkan.
Gambar 2.1 Proses Persepsi (Solomon, 2007) dalam (Rini Dwiastuti, 2012)
Engel, Blackwell and Miniard (1995) lihat di Sumarwan (2004) meyatakan terdapat 5 tahapan dalam mengolah informasi, yakni:[2]
  1. Pemasaran (exposure) merupakan pemaparan stimulus yang berakibat konsumen dapat menggambarkannya dengan pancainderanya.
  2. Perhatian (attention) merupakan tahapan mengolah informasi yang telah distimulus oleh produsen terhadap konsumem tersebut.
  3. Pemahaman (comprehension) merupakan intrepertasi konsumen terhadap apa yang telah produsen gambarkan di awal.
  4. Penerimaan (acceptance) merupakan suatu dampak persuasif stimulus terhadap konsumen.
  5. Retensi merupakan pengalihan stimulus yang diberikan menuju persuasi ingatan jangka panjang.
2.1.2        Pengertian Proses Belajar Konsumen
Pembelajaran konsumen (Rini Dwiastuti, 2012) adalah suatu proses belajar yang dialami konsumen baik itu dari pengalaman penggunaan suatu produk/jasa maupun hasil pemahaman si konsumen dari suatu media ( cetak ; elektronik seperti TV, Radio, Internet, dsb ) sehingga terjadi perubahan persepsi yang berujung pada tindakan konsumen.
Proses belajar merupakan salah satu hal yang penting dimana dialami oleh konsumen setiap harinya baik secara sadar maupun tidak. Proses belajar ini tidak hanya distimulus oleh produsen, namun juga dapat dialami melalui pengalaman dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Pengalaman tersebut mebuat seorang konsumen dapat memutuskan apakah ia akan tetap mengkonsumsi barang tersebut atau tidak.[3]
Menurut Ujang Sumarwan (2003), beberapa hal penting dalam pelaksanaan proses belajar konsumne yakni sebagai berikut:[4]
  1. Belajar adalah suatu proses yang berkelanjutan. Konsumen akan melakukan proses belajar ini kapanpun dan dimanapun karena setiap konsumen tersebut dapat memperoleh pengetahuan memalui berbagai cara.[5]
  2. Pengalaman merupakan cara paling efektif dalam memperoleh suatu pengetahuan. Hal tersebut berlaku pula pada proses belajar terhadap konsumen. Seorang konsumen yang loyal terhadap suatu produk tertentu merupakan gambaran output nyata atas proses belajar. Seorang produsen haruslah memberikan pemahaman yang cukup akan produknya sehingga konsumen dapat mempelajarinya, memahaminya, meningatnya, menyukainya, dan kemudian akan membeli produk tersebut. [6]
Berikut adalah syarat proses belajar menurut Rini Dwiastuti (2012):
  1. Haruslah ada motivasi yang merupakan dorongan diri sendiri untuk melakukan kegiatan konsumsi.
  2. Isyarat yakni stimulus yang harus diberikan oleh produsen agar konsumen memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan konsumsi.
  3. Respon daro konsumen setelah adanya stimulus yang diberiakn oleh produsen.
  4. Pendorong atau penguat seorang produsen haruslah memiliki alasan kuat agar seorang konsumen dapat percaya terhadap produk tersebut dan akhirnya akan selalu memilih produk tersebut.
2.2    Proses Belajar Kognitif dan Perilaku
Dalam melakukan proses pembelajaran belajar terdapat dua cara yang dapat dilakukan. Pertama yakni proses belajar kognitif dan kedua adalah proses belajar perilaku.
Belajar kognitif (Rini Dwiastuti, dkk, 2012) adalah proses belajar yang dicirikan oleh adanya perubahan pengetahuan, yang menekankan proses mental konsumen untuk mempelajari informasi.
Maksud dari pengertian di atas adalah proses belajar kognitif ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan konsumen. Untuk dapat melaksanakannya diperlukan proses mental yang bertahap guna mencapai tujuan tersebut. Diperlukan doromgan dari dalam untuk melakukan proses belajar jenis ini.[7]
Belajar perilaku (Rini Dwiastuti, dkk, 2012) lihat juga di Abdul Qohhaar Albanna, 2016) adalah proses belajar yang terjadi ketika konsumen bereaksi dengan lingkungannya/stimulus[8] luar. Pengalaman dan lingkungannya akan menyebabkan perubahan perilaku yang relatif permanen.
Dari pengertian di atas dapat dijabarkan bahwa proses belajar perilaku merupakan  suatu proses belajar yang mengutamakan faktor eksernal diri konsumen dalam melakukan suatu pembelajaran atas suatu produk yang ditawarkan oleh produsen.[9]
Proses belajar perilaku terbagi atas:
1.      Proses belajar classical conditioning
2.      Proses belajar instrument conditioning/ operant conditioning
3.      Proses belajar vicarious learning/ observational or sosial learning


2.3    Proses Belajar Classical Conditioning
Classical Conditioning  (Rini dwiastuti, dkk, 2012)adalah suatu teori belajar yang mengutarakan bahwa makhluk hidup, baik manusia maupun binatang adalah makhluk pasif yang bisa diajarkan perilaku tertentu melalui pengulangan (repetition and conditioning).
Proses belajar classical conditioning terjadi pada diri seorang konsumen ketika ia bisa membuat asosiasi antara stimulus yang datang pada dirinya, dan bereaksi terhadap stimulus tersebut. ada tiga konsep utama yang diturunkan dari proses belajar classical conditioning, yaitu:
1.        Pengulangan : proses penyampaian pesan kepada konsumen berulang kali.[10]
2.        Generalisasi stimulus : kemampuan seorang konsumen untuk bereaksi sama terhadap stimulus yang berbeda.[11] Untuk memhami generalisasi stimulus diterapkan  marketing dalam membuat merk dan kemasan, antara lain:[12]
a.    Perluasan lini produk : satu merek, mengeluarkan produk yang terkait. Contoh: sabun lifebuoy, shampoo lifebuoy, sabun cuci tangan lifebuoy.
b.    Merek keluarga: satu merek, mengeluarkan produk lain yang lebih luas (tidak terkait). Contoh: TV, AC, Kulkas merek Toshiba.
c.    Me-too produk: membuat kesan mirip, followers yang berusaha membuat kemiripan. Contoh: agar-agar swallow sun, swallow globe, swallow grass.
d.   Similar name: pesaing ingin membuat citra produknya sama dengan pemimpin pasar di mata konsumen. Contoh: Oreo-Rodeo, toilet Toto – Toho.
e.    Licencing: dengan menggunakan nama seleb atau desaigner sebagai nama produknya, dengan imbalan.
f.     Diskriminasi stimulus: Konsumen diharapkan bisa mengambil kesimpulan berbeda terhadap beberapa stimulus yang mirip satu dengan yang lainnya. Contoh: iklan Top One yang membandingkan dengan oli biasa.

2.4    Proses Belajar Instrumental
Proses belajar instrumental (Rini Dwiastuti, dkk, 2012) adalah proses belajar yang terjadi pada diri konsumen akibat konsumen menerima imbalan yang positif atau negatif (reward) karena mengkonsumsi suatu produk sebelumnya.
Maksunya adalah proses belajar konsumen yang dipenagruhi oleh adanya imbalan baik yang berupa reward ataupun denda atas apa yang telah ia konsumsi sebelumnya. Baik hal tersebut merupakan hadiah maupun denda akan sama-sama memberikan pengetahuan kepada konsumen atas apa yang ia konsumsi sehingga ia dapat memutuskan apakan akan meneruskan menggunakan produk tersbut ataupun tidak.[13]
Produsen menggunakan proses belajar konsumen instrumental ini secara operant conditioning menggunakan cara product reinforcement dan non product reinforcement.
Seorang produsen haruslah memberikan penguatan atas produk yang ia produksi agar produk yang ia buat dapat diminati oleh konsumen dan akhirnya kan dikonsumsi dan disukai oleh konsumen tersebut.
2.5    Terbentuknya Persepsi Oleh Konsumen
Oleh Schiffman dan Kanuk (1999), persepsi digamemiliki semangat mbarkan sebagai proses dimana individu seseorang menyeleksi, menorganisasi dan menterjemahkan stimulasi menjadi sebuah arti yang koheren dengan semua kejadian dunia. Dapat juga digambarkan dengan bagaimana kita melihat dunia sekitar kita. Sebagai ilustrasi digambarkan, sebagian besar warga desa mempersepsikan sebagian besar warga kota sebagai orang kaya, moderen dan pandai.
Sebagian lagi mempresepsikan bahwa warga kota sebagai orang yang arogan, sombong, tidak punya unggah-ungguh. Sebaliknya, sebagaian besar orang kota mempresepsikan sebagian orang desa ialah sebagai seorang yang miskin ‘ndeso’, ketinggalan jaman, penuh ewuh pekewuh, kurang cekatan. Sebagian besar lainnya mempresepsikan orang desa sebagai orang yang jujur, masih  memiliki semangat gotong-royong, pemalu, sederhana, lugu tapi tidak memiliki semangat untuk maju.
Kondisi yang demikian oleh para pemasar perusahakan dipresepsikan bahwa orang kota memiliki daya beli relatif tinggi, sebaliknya orang desa dipresepsikan kurang memiliki kemampuan daya beli. Dengan demikian, maka barang dan jasa yang dipasarkan kepada masyarakat kota relatif lebih bermutu dan lebih mahal dibandingkan dengan barang dan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat dsea. Pengaruh persepsi terhadap perilaku konsumen, antara lain barang dan jasa yang dijual dikota lebih berkualitas dan mahal, sebaliknya barang dan jasa yang ditawarkan di pedesaan relatif lebih rendah kualitasnya dan harganya pun lebih murah. Dalam kaitan dengan perilaku konsumen, maka presepsi bisa timbul terhadap produk, terhadap harga, terhadap distribusi, promosi,pendukung fisik dan terhadap orang.[14]
Gambar: 4.1Faktor Internal Individu Mempengaruhi Perilaku Konsumen
            Presepsi konsumen terhadap produk bisa beragam dan sangat luas. Ketika untuk pertama kali pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengganti kompor minyak tanah menjadi kompor gas, maka berbagai tanggapan masyarakat muncul. Masyarakat masih mempresepsikan bahwa belum waktunya masyarakat menggunakan kompor gas. Masyarakat juga mempersepsikan bahwa penggunaan kompor gas beresiko meledak, karena belum terbiasa menggunakannya secara benar. Persepsi tentang risiko meledak ini kemudian juga tidak selalu terjadi. Namun ketika pada tahun 2009 dan 2010 banyak terjadi peristiwa kompor meledak dan memakan korban tewas, korban luka bakar, dan harta benda lainnya.
            Persepsi konsumen terhadap harga juga muncul, karena dianggap harga gas relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan minyak tanah. Dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah, konsumen dengan hanya memiliki uang Rp 1.000,-- bisa membeli minyak tanah. Sedangkan dengan uang yang sama tidak bisa memperoleh gas yang cara penjualannya telah dipatok dalam tabung masing-masing 3 kg dan 12 kg. Dengan demikian maka oleh sebagian masyarakat konsumen, harga gas dipersepsikan sebagai mahal.
Persepsi terhadap saluran distribusi juga tidak berbeda, karena apabila ketika menggunkan bahan bakar minyak tanah, maka para pedagang minyak tanah eceran bisa berjualan keliling kampung untuk menawarkan dagangannya. Ketika pertama kali terjadi konversi minyak tanah menjadi gas, belum ada tukang gas keliling seperti halnya dengan pedagang minyak tanah keliling. Namun dewasa ini di kampung-kampung telah banyak dijumpai agen-agen penjual gas dalam tabung, baik dalam kemasan 3 kg maupun kemasan 12 kg.
Persepsi konsumen terhadap promosi suatu produk barang atau jasa tidak selamannya dianggap benar. Dengan kata lain, konsumen masih mempersepsikan bahwa sebagian dari apa yang dinyatakan dalam promosi adalah  tidak benar atau paling tidak dianggap berlebihan. Sebagai gambaran, dewasa ini banyak iklan yang menawarkan kredit atau pinjaman dana dengan jaminan BPKB, KTP dan KK saja mungkin memerlukan waktu lebih dari 30 menit. Belum lagi pengecekan oleh petugas terhadap formulir yang harus diidi oleh calon peminjam.[15]
Persepsi konsumen terhadap proses dan pelayanan terhadap pelanggan dalam membeli sebuah produk jasa telah terlanjur menjadi kurang baik, sehingga apabila terjadi yang sebaliknya maka oleh sebagian konsumen dirasakan sebagai aneh. Sebagai gambaran, kedatangan kereta api yang tidak tepat waktu dewasa ini telah menjadi suatu hal yang biasa. Sehingga apabila suatu rangkaian kereta api sawunggalih dari Kutoarjo ke Jakarta datang tepat pada waktunya, maka hal tersebut terasa aneh, karena yang telah terbiasa adalah kedatangan yang sangat terlambat.
Persepsi konsumen terhadap peralatan / prasarana pendukung fisik juga demikian. Sebagian besar konsumen telah terbiasa dengan kondisi dan situasi sebuah stasiun yang gaduh, kotor, tidak teratur dan banyak copet. Maka ketika suatu saat seorang calon penumpang datang di suatu stasiun dan kondisinya relatif bersih, tenang dan teratur tidak gaduh dan tidak ada tukang copet, maka hal yang demikian menjadi sesuatu yang aneh. Pada sebagian besar stasiun besar seperti stasiun Gambir, Jatinegara, Senen dan stasiun-stasiun lainya menjelang hari-hari raya keagamaan biasanya karcis terjual habis, meskipun seorang pembeli baru beberapa jam saja setelah loket dibuka. Persepsi konsumen terhadap orang dalam perusahaan maksudnya adalah persepsi masyarakat terhadap pegawai, atau petugas perusahaan. Dengan mengambil contoh pada produk jasa angkutan kereta api, maka persepsoi konsumen adalah adanya kerjasama antara pegawai bagian penjualan tiket dengan para tukang catut.
Persepsi ini didasari oleh karena sering terjadi bahwa loket penjualan yang baru dibuka beberapa orang pembeli, ternyata telah menyatakan bahwa tiket habis. Agaknya sulit untuk tidak membenarkan persepsi konsumen tersebut, karena bagaimanapun juga jumlah penumpang yang dapat diangkut dengan kereta api relatif banyak bila dibandingkan dengan jumlah penumpang bis misalnya.











BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Persepsi konsumen (Rini Dwiastuti, dkk, 2012) merupakan salah satu tahapan dalam proses kognisi yang dilalui konsumen, dimulai dari semua stimulus diterima hingga stimuus tersebut dimasukkan ke dalam memory dan dapat dipergunakan kembali untuk memberikan gambaran/persepsi yang lebih baik mengenai suatu produk/jasa kepada konsumen.
Proses belajar merupakan salah satu hal yang penting dimana dialami oleh konsumen setiap harinya baik secara sadar maupun tidak. Proses belajar ini tidak hanya distimulus oleh produsen, namun juga dapat dialami melalui pengalaman dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Pengalaman tersebut mebuat seorang konsumen dapat memutuskan apakah ia akan tetap mengkonsumsi barang tersebut atau tidak.
Dalam melakukan proses pembelajaran belajar terdapat dua cara yang dapat dilakukan. Pertama yakni proses belajar kognitif dan kedua adalah proses belajar perilaku.
Belajar kognitif (Rini Dwiastuti, dkk, 2012) adalah proses belajar yang dicirikan oleh adanya perubahan pengetahuan, yang menekankan proses mental konsumen untuk mempelajari informasi. Belajar perilaku (Rini Dwiastuti, dkk, 2012) lihat juga di Abdul Qohhaar Albanna, 2016) adalah proses belajar yang terjadi ketika konsumen bereaksi dengan lingkungannya/stimulus luar. Pengalaman dan lingkungannya akan menyebabkan perubahan perilaku yang relatif permanen. Proses belajar perilaku terbagi atas:
1.      Proses belajar classical conditioning
2.      Proses belajar ins
3.      trument conditioning/ operant conditioning
Proses belajar vicarious learning/ observational or sosial learning
DAFTAR PUSTAKA
Albanna, Abdul Qohhaar. 2016. Pengaruh Persepsikulitas, Motif Kkognitif, Fungsi Sikap dan Proses Belajar dengan Variabel Moderasi Lingkungan Eksternal Terhadap Keputusan Pembelian Mie Instan PT. Indofood di Kediri dan Tulungagung. Artikel Ilmiah. Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
Dwiastuti, Rini, dkk,. 2012.  Ilmu Perilaku Konsumen. Malang: UB Press.
Fredereca, Bunga Geofanny dan Chairy. 2010. PENGARUH PSIKOLOGI KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KEMBALI SMARTPHONE BLACKBERRY. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. Tahun 3, No. 2. Universitas Tarumanegara Jakarta.
Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen. Bandung: ALFABET.
Suwarman, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Jakarta Selatan: Ghalia Indonesia




[1] Rini Dwiastuti, dkk, Ilmu Perilaku Konsumen,(Malang: UB Press, 2012) , 38.
[2] Ibid, 39.
[3] Ibid, 34
[4] Ujang Suwarman, Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran, (Jakarta Selatan: Ghalia Indonesia, 2003) 92.
[5] Rini Dwiastuti, dkk, Ilmu Perilaku Konsumen,35.
[6] Ibid,
[7] Rini Dwiastuti, dkk, Ilmu Perilaku Konsumen,(Malang: UB Press, 2012) Lihat Juga Di Abdul Qohhaar Albanna, Pengaruh Persepsikulitas, Motif Kkognitif, Fungsi Sikap dan Proses Belajar dengan Variabel Moderasi Lingkungan Eksternal Terhadap Keputusan Pembelian Mie Instan PT. Indofood di Kediri dan Tulungagung, Artikel Ilmiah, (Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, 2016), 6.
[8] Stimulus merupakan apa yang didengar oleh telinga, apa yang dilihat oleh mata, dan apa yang dicium oleh hidung (Rini Dwiastuti, dkk, 2012).
[9] Rini Dwiastuti, dkk, Ilmu Perilaku Konsumen,36.
[10] Ibid, 36.
[11] Ibid,
[12] Ibid,
[13] Ibid, 37-38.
[14] Mulyadi Nitisusastro, Perilaku Konsumen, (Bandung: ALFABET CV 2012), 67.
[15] Ibid, 68.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar